Kita itu berbeda. Cara pikir kita beda. Karakter beda. Dan banyak perbedaan lainnya. Itulah yang disebut ‘unik’. Manusia itu unik. Selalu tidak ada yang sama dalam diri mereka satu dengan yang lain. Masalahnya, bagaimana yang unik ini bisa bersatu? Dalam keluarga, dalam persekutuan? Bahkan dalam kehidupan bersama sebagai bangsa?
Kata kuncinya adalah: ‘menjadi sama’ (Fil. 2:7). Lha namanya beda kok bisa menjadi sama, bagaimana mungkin? Ya mungkin saja kalau kita mau ‘menyamakan diri’. Dan itu berarti ada yang harus kita lepaskan, ada yang harus kita tinggalkan. Selama kita ‘ngotot’ dengan ke khasan kita yang tidak pernah menjadi sama! Menjadi sama itu berarti perhatian kita terarah ‘pada yang lain’, bukan diri sendiri. Mencoba mengerti dan memahami orang lain lalu mulai membangun kesatuan. Yang lainpun sama, tidak ‘ngotot’ dengan kekhasan dirinya tetapi mulai mencari kesamaan.
Itulah refleksi Paulus mengenai ‘salib’. Jika kita mau menyatu bersama Kristus, berarti kita harus terus merawat kesatuan di antara kita, baik keluarga, gereja maupun masyarakat. Belajar seperti Kristus untuk merendahkan diri dan menjadi sama dengan yang lain. Bukan tampil sebagai ‘penguasa’ yang harus diikuti dan dituruti, melainkan memandang yang lain sebagai ‘sahabat’ di mana kita mau memahami dia.
Puncak penderitaan Kristus makin dekat. Ia yang mulia tampil sebagai pelayan untuk ‘menjadi sama’ dengan kita (Lukas 22:26-27). Saatnya kita menanggalkan segala keangkuhan dan duduk bersama sebagai sahabat! Tuhan memberkati kita semua!
RDJ
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.