Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (Luk. 5:30)
“Loh, dia kan mantan warga binaan. Kok boleh masuk gereja?” “Ih, dia kok pulang kerja tengah malem. Pasti kerjaanya ga bener deh!” Cukup sering kita membuat penilaian berdasarkan aktivitas atau pekerjaan seseorang, bahkan menghakiminya. Apakah benar orang yang pulang tengah kerja malam, pekerjaannya pasti tidak benar atau ‘kotor’?
Berbeda dengan hal di atas, firman Tuhan justru mengungkapkan bahwa Yesus dekat dengan orang-orang yang pekerjaannya dianggap kotor. Yesus bertemu Lewi yang adalah seorang pemungut cukai; orang yang diserahi tugas memungut bea dan cukai untuk pemerintah penjajah (Roma). Para pemungut cukai cukup sering memeras rakyat untuk keuntungannya sendiri. Oleh karena itulah, pekerjaan pemungut cukai pada masa itu dianggap sebagai pekerjaan yang kotor dan mereka disebut orang yang berdosa. Akan tetapi, Lewi yang adalah pemungut cukai, justru dipanggil oleh Yesus untuk menjadi murid-Nya. Yesus bahkan makan bersama di rumah Lewi. Orang yang dianggap berdosa seperti Lewi didekati oleh Yesus, bukan dijauhi. Melalui tindakan ini, Yesus menunjukkan bahwa orang berdosa adalah bagian dari pelayanannya.
Jangan terburu-buru menilai orang dari tampilan luarnya, seperti pekerjaannya. Orang yang bekerja malam dan pulang subuh belum tentu orang berdosa. Berlakulah seperti Yesus, menyambut semua orang, meskipun menghadapi risiko akan dijauhi atau bahkan dibenci banyak orang. [Pdt. Yosafat Simatupang]
REFLEKSI:
Tidak ada seorang pun, juga orang berdosa, yang tidak layak menerima kasih Kristus. Sambutlah setiap orang dengan kasih, apa pun pekerjaanya.
Ayat Pendukung: Mzm. 27:1-6; 1Sam. 15:34—16:13; Luk. 5:27-32
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.