Menunjukkan agama atau menjalankan agama? Memang apa bedanya? Serupa, tapi tak sama. Menunjukkan agama, berarti menunjukkan ciri keberagamaan kita. Sebagai orang GKI saya beribadah tiap minggu, pakai nyanyian KJ dan NKB, berdoa, pakai simbol GKI, stola GKI dll., tetapi tanpa hati. Menjalankan agama berarti melaksanakan ‘roh’ dari ajaran agama, beribadah dengan hati, bukan sekedar ritual, tidak dibatasi oleh tempat, ada dalam keseharian kita.
Ahli Taurat dan orang Farisi yang dikritik Yesus dalam Markus 7 adalah orang yang menunjukkan agama. Mereka taati setiap aturan agama, tetapi mereka tidak menjalankan ‘roh’ dari setiap aturan itu. Inilah yang dimaksud Yakobus sebagai ‘pendengar firman’ bukan ‘pelaku firman’ (Yakobus 1:22). ‘Menunjukkan agama’ mirip dengan seks tanpa cinta. Tentu bisa, tetapi beda rasa.
Kidung Agung mengajar kita sebaliknya. Seks seharusnya dengan cinta. Pujian dari sang kekasih dalam bacaan kita, bukan sekedar pujian kosong, tetapi penuh dengan cinta. Hidup beragama memang bukan sekedar mengikuti aturan, tetapi melaksanakan aturan dengan ‘roh’ agama itu. Banyak orang berada pada posisi ‘menunjukkan agama’ ketimbang ‘menjalankan agama’. Tidaklah heran, hidup beragama lalu terasa kering, membosankan. Nyanyian dalam ibadah terasa mati, tak terasa ‘roh’ nya.
Lalu di mana posisi kita??
Rdj
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.