Mari kita bersama-sama memerhatikan kisah yang menarik dari Zakheus, si Kepala Pemungut Cukai. Kita sering melihatnya sebagai kisah pertobatan personal, padahal ini adalah narasi tentang Kerajaan Allah yang menantang struktur sosial.
Zakheus adalah arketipe (representasi dari masalah yang besar) seperti sistem yang korup dan kesepian struktural (isolasinya bukan hanya karena dosa pribadinya, tetapi karena posisinya dalam sistem itu —ia kaya, tapi dibenci dan terasing dari komunitasnya).
Pohon ara tempat ia memanjat adalah simbol benteng kenyamanan yang kita bangun dari status, uang, atau label moral. Kita bersembunyi di atas sana, puas menjadi penonton yang menghakimi, padahal di lubuk hati kita merindukan sesuatu yang otentik.
Yesus merobohkan benteng itu dengan satu deklarasi radikal: “Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”. Ini bukan undangan basa-basi. Ini adalah Hospitalitas Ilahi yang mendahului kelayakan. Kerajaan Allah bukan janji surga masa depan, melainkan peristiwa yang hadir kini dan di sini, di tengah kerapuhan dan kekacauan kita. Keintiman ini menghasilkan respons yang tak bisa ditawar: Pertobatan yang Berwujud Material.
Pertobatan Zakheus—memberikan setengah harta dan mengembalikan empat kali lipat—bukanlah sekadar emosi; ini adalah aksi ekonomi radikal. Ia mengubah asetnya yang kotor menjadi alat belas kasihan. Harta yang tadinya simbol keterasingan, kini menjadi mediasi kasih Allah. Kerajaan Kini dan di Sini menuntut kita turun dari pohon ara kita, mengakui bahwa iman harus terwujud. Jangan biarkan Kerajaan Allah tinggal di ranah spiritual yang privat. Panggilan kita adalah untuk partisipasi aktif: mengubah kekayaan, waktu, dan pekerjaan kita menjadi tanda kasih yang nyata bagi dunia yang terasing. Inilah keselamatan yang membumi. Amin. (TT)




Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.