Menjadi Gereja Responsif

Kisah Para Rasul 6: 1-7

Belum ada komentar 363 Views

Seorang ibu pernah bercerita mengenai pengalamannya melahirkan anak pertama. Ketika proses kelahiran usai, respon awal sang bayi adalah hal yang penting. Hal ini menjadi tanda bahwa ada kehidupan dalam dirinya. Dari sini kita melihat bahwa respon itu penting, bahkan kita butuh direspon sebagai wujud nyata dari kepedulian baik bagi sesama maupun kepedulian akan keadaan. Namun yang tak kalah penting adalah belajar untuk menjadi responsif. Begitu pula dalam kehidupan bergereja.

Gereja mula-mula telah memberikan teladan bagi gereja masa kini untuk menjadi responsif. Di Awal pelayanan mereka salah satu tantangan yang mereka hadapi tidak hanya masalah pengabaran injil, tetapi juga persoalan sosial yang dialami orang yahudi masa itu khususnya orang yahudi yang berbahasa Yunani. Memang orang Yahudi yang tinggal di Mediterania artinya di luar Palestina menggunakan bahasa Yunani. Mereka yakni orang Yahudi Diaspora banyak yang kembali ke Yerusalem untuk tinggal, beberapa dari mereka ada pula yang kemudian menjadi anggota gereja. Karena perbedaan yang ada, hal ini menimbulkan ketidakadilan sosial yakni perlakuan terhadap janda. Gereja saat itu bisa saja menutup mata terhadap persoalan yang ada dengan dalil persoalan gereja tentang mengabarkan injil bukan mengurusi persoalan sosial seperti yang terjadi. Tetapi sebaliknya gereja segera merespon persoalan itu dengan sungguh-sungguh melalui tuntunan Roh Kudus. Gereja memilih diaken sebagai bentuk kepedulian mereka. Respon gereja masa itu menjadi tanda bahwa Firman Tuhan itu merangkul manusia tidak hanya secara rohani tetapi mencakup kehidupan holistic manusia, kehidupan yang utuh. Peristiwa ini memberi dampak yang positif dimana pelayanan injil berkembang lebih luas.

Saudara, meski tahu bahwa respon adalah hal yang penting dan dibutuhkan, tetapi tak jarang kita hanya menuntut untuk mendapat respon tanpa belajar untuk memberikan respon. Maka hari ini kita belajar sebagai gereja baik komunitas maupun perorangan, kita diundang untuk menjadi gereja yang responsif. Tidak hanya dalam kehidupan gereja saja, tetapi kita juga diajak merespons hal-hal yang berkaitan dengan sosial, dengan masyarakat, persoalan kesehatan dll. Sebab Firman Tuhan peduli dan berbicara dalam segala aspek kehidupan, maka menjadi gereja yang responsif adalah undangan untuk peduli pada setiap aspek sebagai wujud pernyataan Firman Allah. Maka marilah senantiasa belajar menjadi responsif dengan memegang Firman Tuhan sebagai dasarnya dan tuntunan Roh Kudus sebagai sang pemberi hikmat, agar setiap respons kita dapat memancarkan kasih dan kebenaran Allah.

SA

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • DIA ADA saat kita merespon
    Lukas 3:1-6
    Semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan (Lukas 3:6) Akhir-akhir ini orang semakin suka melihat tayangan singkat di...
  • DIA ADA Saat Kita Menanti
    Lukas 21:25-36
    Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu (Luk 21:36a). Akhir-akhir...
  • Rayakan Yesus
    Yohanes 18:33-37
    Hari raya Kristus Raja adalah perayaan yang ditetapkan oleh gereja Katolik Roma pada tahun 1925 oleh Paus Pius XI....