Menjadi Gereja Responsif

Kisah Para Rasul 6: 1-7

Belum ada komentar 298 Views

Seorang ibu pernah bercerita mengenai pengalamannya melahirkan anak pertama. Ketika proses kelahiran usai, respon awal sang bayi adalah hal yang penting. Hal ini menjadi tanda bahwa ada kehidupan dalam dirinya. Dari sini kita melihat bahwa respon itu penting, bahkan kita butuh direspon sebagai wujud nyata dari kepedulian baik bagi sesama maupun kepedulian akan keadaan. Namun yang tak kalah penting adalah belajar untuk menjadi responsif. Begitu pula dalam kehidupan bergereja.

Gereja mula-mula telah memberikan teladan bagi gereja masa kini untuk menjadi responsif. Di Awal pelayanan mereka salah satu tantangan yang mereka hadapi tidak hanya masalah pengabaran injil, tetapi juga persoalan sosial yang dialami orang yahudi masa itu khususnya orang yahudi yang berbahasa Yunani. Memang orang Yahudi yang tinggal di Mediterania artinya di luar Palestina menggunakan bahasa Yunani. Mereka yakni orang Yahudi Diaspora banyak yang kembali ke Yerusalem untuk tinggal, beberapa dari mereka ada pula yang kemudian menjadi anggota gereja. Karena perbedaan yang ada, hal ini menimbulkan ketidakadilan sosial yakni perlakuan terhadap janda. Gereja saat itu bisa saja menutup mata terhadap persoalan yang ada dengan dalil persoalan gereja tentang mengabarkan injil bukan mengurusi persoalan sosial seperti yang terjadi. Tetapi sebaliknya gereja segera merespon persoalan itu dengan sungguh-sungguh melalui tuntunan Roh Kudus. Gereja memilih diaken sebagai bentuk kepedulian mereka. Respon gereja masa itu menjadi tanda bahwa Firman Tuhan itu merangkul manusia tidak hanya secara rohani tetapi mencakup kehidupan holistic manusia, kehidupan yang utuh. Peristiwa ini memberi dampak yang positif dimana pelayanan injil berkembang lebih luas.

Saudara, meski tahu bahwa respon adalah hal yang penting dan dibutuhkan, tetapi tak jarang kita hanya menuntut untuk mendapat respon tanpa belajar untuk memberikan respon. Maka hari ini kita belajar sebagai gereja baik komunitas maupun perorangan, kita diundang untuk menjadi gereja yang responsif. Tidak hanya dalam kehidupan gereja saja, tetapi kita juga diajak merespons hal-hal yang berkaitan dengan sosial, dengan masyarakat, persoalan kesehatan dll. Sebab Firman Tuhan peduli dan berbicara dalam segala aspek kehidupan, maka menjadi gereja yang responsif adalah undangan untuk peduli pada setiap aspek sebagai wujud pernyataan Firman Allah. Maka marilah senantiasa belajar menjadi responsif dengan memegang Firman Tuhan sebagai dasarnya dan tuntunan Roh Kudus sebagai sang pemberi hikmat, agar setiap respons kita dapat memancarkan kasih dan kebenaran Allah.

SA

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • Raja yang menunggang keledai
    Yohanes 12:12-16
    MENERIAKKAN HOSANA ATAU KECEWA PADA DIA? Kerinduan orang Yahudi adalah melepaskan diri dari penjajahan Pemerintah Romawi. Mereka punya harapan...
  • Muliakanlah Nama TUHAN
    PENGHORMATAN KEPADA TUHAN BERBEDA DARI PENGHORMATAN KEPADA MANUSIA. Banyak orang ingin dimuliakan. Maksudnya, banyak orang ingin dihormati orang lain....
  • Percayalah Dengan Hatimu
    PERCAYA KEPADA TUHAN BERBEDA DENGAN PERCAYA KEPADA MANUSIA. Percaya itu berarti mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau...
  • Lepaskanlah Kepentingan Diri
    Kejadian 17:1-7, 15-16 / Mazmur 22:24-32 / Roma 4:13-25 / Markus 8:31-38
    Markus menyajikan perbandingan antara pandangan manusia yang cenderung memprioritaskan diri sendiri dan sikap Yesus Kristus yang rela menderita demi...
  • Berpalinglah Pada TUHAN
    Kejadian 9:8-17 / Mazmur 25:1-10 / 1 Petrus 3:18-22 / Markus 1:9-15
    Pertobatan merupakan topik yang selalu relevan dalam kehidupan kita sebab manusia masih sering terjerumus dalam dosa-dosa dan godaan dunia...