“Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya …. (1Raj. 2:3)
Kata pertama yang bisa diucapkan oleh anak perempuan saya adalah “Emoh” (tidak mau). Demikian pula kata pertama yang bisa diucapkan oleh anak laki-laki saya adalah “No” (tidak). Saya sampai bergurau dengan istri saya, bahwa itulah bukti paling nyata dari adanya dosa turunan. Sejak kecil, rupanya, manusia memang lebih senang membangkang, tidak patuh.
Di akhir hidupnya, Daud berpesan kepada Salomo, anaknya, supaya Salomo “hidup menurut jalan yang ditunjukkan (Tuhan).” Daud sadar bahwa tidak ada hal lain yang lebih penting untuk diwariskan kepada anaknya, selain daripada pesan agar anaknya dan keturunannya senantiasa hidup di jalan Tuhan. Mungkin saat itu, Daud teringat berbagai dosa yang telah ia lakukan di sepanjang hidupnya, termasuk perzinahannya dengan Batsyeba, ibunda Salomo, ketika Batsyeba masih menjadi istri Uria. Dosa-dosa itu terjadi karena Daud tidak menaati perintah Tuhan dan tidak hidup di jalan-Nya. Daud mengejar nafsu dan ambisinya sendiri, dan melupakan ketetapan-ketetapan Tuhan.
Sikap Daud berbeda sekali dari sikap Yosua yang berani menantang bangsa Israel, “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah … Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yos. 24:15). Marilah kita juga hidup setia kepada Tuhan, taat melakukan segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, meskipun ada berbagai godaan dan tantangan! [Pdt. Paulus Sugeng Widjaja]
REFLEKSI:
Hidup di jalan Tuhan adalah harta yang tak ternilai harganya. Harta itulah yang seharusnya kita wariskan pada anak cucu kita.
Ayat Pendukung: Mzm. 29; 1Raj. 2:1-4, 10-12; Luk. 5:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.