Bapak Pendeta Yth.
Di dalam Keluaran 8-10, diceritakan tentang Tuhan yang mengeraskan hati Firaun. Mengapa Tuhan mengeraskan hati Firaun? Apakah semua peristiwa ini memang sudah direncanakan oleh Tuhan, seperti sebuah plot dalam drama, dan manusia hanya menjadi pemain-pemainnya?Di dalam Keluaran 17:14, dikatakan bahwa Tuhan begitu murka kepada bangsa Amalek sehingga akan menghapuskan ingatan akan nama mereka dari kolong langit. Siapakah bangsa Amalek itu, dan benarkah kejahatan bangsa ini begitu besar sehingga akhirnya dimusnahkan sama sekali?
Banyak terima kasih atas jawaban Bapak. (Irene)
Irene yang baik,
Ungkapan: ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’ memang cukup mengganggu, khususnya ketika kita menyadari bahwa Allah itu Mahakasih. Mengapa sekarang Tuhan justru mengeraskan hati Firaun? Seolah-olah Dia membuat Firaun bersalah lalu menimpakan akibat kesalahan itu kepadanya. Akan tetapi, jika kita membaca kisah Firaun ini lebih jeli, kita akan mendapati bahwa dari tulah pertama sampai kelima, ternyata bukan Tuhan yang mengeraskan hati Firaun, melainkan Firaun sendirilah yang mengeraskan hatinya (Kel. 7:22-23; 8:15,19,32; 9:7). Baru mulai tulah keenam, disebutkan: ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’ (Kel.9:12).
Artinya, Tuhan tidak serta merta mengeraskan hati seseorang dan membuatnya jadi jahat, sama sekali tidak! Justru, Firaun sudah jahat sejak awalnya. Ia memang keras hati dan tidak mau bertobat. Kekerasan hati semacam ini sungguh berbahaya. Lama kelamaan, orang yang keras hati ini kehilangan kepekaan terhadap kebenaran. Ia tidak lagi menyadari kejahatannya sebagai kejahatan. Hatinya sudah tertutup terhadap ‘suara kebenaran’. Nah, kondisi ini dapat dibahasakan sebagai: ‘Tuhan mengeraskan hati orang itu’, atau kalau dalam bahasa Paulus: ‘Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hatinya yang jahat’ (Roma 1:24). Tentu maksudnya bukan secara sengaja Tuhan menyerahkan mereka pada keinginan hati yang jahat, melainkan hati merekalah yang sudah tertutup terhadap suara Tuhan.
Jadi Tuhan tidak merencanakan Firaun untuk menjadi jahat. Ia selalu memanggil Firaun untuk bertobat. Namun ketika Firaun terus menerus tidak mau mendengar suara Tuhan, pada titik tertentu, suara Tuhan itu seperti tidak terdengar lagi. Sepertinya Tuhan diam dan membiarkan Firaun dalam kejahatannya. Padahal yang betul, Firaun yang tidak lagi mampu mendengar panggilan Tuhan. Sepertinya ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’ padahal hati Firaunlah yang begitu keras, sehingga suara Tuhan tidak lagi mampu didengarnya.
Lalu bagaimana dengan Keluaran 17:14 yang mengatakan: bahwa Tuhan akan menghapus ingatan kepada Amalek dari kolong langit. Sebegitu jahatnyakah Amalek, sehingga Tuhan memusnahkannya? Siapakah Amalek?
Amalek adalah sekelompok suku pengembara. Mereka sering menyerang bangsa Israel. Perilaku mereka sangat kejam. Dikisahkan, waktu Israel ada di padang gurun, bangsa Amalek menyerang mereka dari belakang. Mereka menyeret dan membunuh yang lemah, tua dan tertinggal di belakang (Ulangan 25:17-18). Secara tidak langsung, Amalek juga menyerang Tuhan yang sudah berjanji akan menyertai Israel.
Karena itulah Tuhan akan menghapus ingatan kepada Amalek. Situasi Amalek ini mirip dengan situasi Firaun yang sudah kita bahas. Karena kejahatan mereka sendirilah pada akhirnya mereka lenyap.
>> Pdt. Rudianto Djajakartika
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.