Mengaktualisasi Pelayanan Pendamaian

Mengaktualisasi Pelayanan Pendamaian

1 Komentar 728 Views

Ada suatu penelitian yang membuktikan pengaruh kata-kata terhadap manusia. Dua kelompok mahasiswa diminta menjawab empat puluh dua pertanyaan. Kelompok pertama diminta untuk meluangkan waktu selama lima menit dengan membayangkan diri mereka sebagai dosen, sebelum mengerjakan tugas itu. Kelompok kedua diminta untuk melakukan hal yang sama namun kali ini membayangkan diri mereka sebagai kelompok perusuh sepakbola, sebelum mengerjakan tes tersebut. Alhasil, kelompok yang membayangkan diri sebagai dosen menjawab dengan benar sebesar 55,2 persen, sedangkan kelompok yang membayangkan diri mereka sebagai perusuh hanya 42,6 persen. Kelompok “dosen” bukanlah mahasiswa yang lebih cerdas dibandingkan dengan kelompok “perusuh”. Hal yang membedakan hasil mereka adalah karena secara bawah sadar mereka memikirkan diri mereka sebagai orang yang bukan diri mereka sebenarnya.

Tepat seperti apa yang diingatkan oleh pemimpin India, Mahatma Gandhi, yang mengatakan, “jagalah pikiran Anda untuk tetap positif karena pikiran Anda akan berubah menjadi kata-kata; jagalah juga kata-kata yang Anda pergunakan karena kata-kata itu akan berubah menjadi perilaku; jagalah perilaku Anda karena perilaku itu akan berubah menjadi kebiasaan; jagalah kebiasaan Anda karena kebiasaan itu akan menjelma menjadi nilai-nilai yang Anda junjung dalam hidup Anda; jagalah nilai-nilai hidup Anda karena nilai-nilai itulah yang akan menentukan tujuan hidup Anda. Berhati-hatilah memberikan ‘label’, baik kepada diri Anda sendiri ataupun kepada orang lain, karena kata-kata Anda dapat meresap masuk hingga memengaruhi self-concept (citra diri) seseorang. Jika Anda seorang pemimpin, guru, orangtua, atau orang yang dihargai oleh orang lain, gunakanlah kata-kata yang mendorong dan positif bila Anda menginginkan hasil yang lebih baik” (dari buku Champion).

Perubahan Secara Besar-Besaran Terjadi Dalam Hidup Kita

Tulisan di atas tadi mengingatkan bahwa manusia memiliki potensi untuk berubah atau diubahkan. Di dalam Kristus kita dapat berubah menjadi ciptaan yang baru. Cipta, rasa dan karsa yang didominasi oleh dosa, di dalam Kristus dapat berakhir. Kemudian dapat dilanjutkan dengan lembar hidup yang baru dan indah. THOSE WHO CANNOT CHANGE THEIR MINDS CANNOT CHANGE ANYTHING (George B.Shaw).

Sesungguhnya bagian akhir dari 2 Korintus 5 merupakan Berita Natal yang sangat penting. Dengan perantaraan Kristus, manusia telah didamaikan Allah dengan diri-Nya sendiri. Oleh inisiatif Allah melalui karya Kristus, pelayanan pendamaian dapat terjadi. Hal ini merupakan kondisi yang paling prima yang bisa dialami oleh manusia. Jika semula dosa membuat kita menjadi anak durhaka yang patut dihukum, kini status kita dapat berubah 180 derajat menjadi ahli waris Kerajaan Allah. Inilah yang disebut kasih karunia Allah. Dan karya agung Yesus Kristus itu disebut Pelayanan Pendamaian.

Sukacita Natal Kita itu Seperti Apa?

Sukacita Natal kita tidak ditandai dengan aneka pesta atau segala macam acara yang menarik. Bukan dengan suasana keluarga yang penuh kebahagiaan, serta gemerlapannya pohon terang. Yang benar-benar mendatangkan sukacita di hati adalah bahwa kita sudah dilayani oleh Allah, dan bahwa pelayanan itu hanya dapat dilakukan oleh Allah.

Di dalam Natal Perdana, kita dapat melihat dengan jelas pelayanan Allah ketika mengutus malaikat Gabriel untuk menjumpai Maria. Pelayanan Allah, ketika Roh Kudus turun atas Maria. Pelayanan Allah, ketika menyediakan sebuah kandang bagi kelahiran bayi Yesus. Pelayanan Allah, atas para gembala Efrata dalam bentuk pewartaan surgawi yang luar biasa. Nah, sekarang sesudah Kristus menyelesaikan seluruh rangkaian penebusan dosa bagi kita, maka dengan penuh rasa haru kita menyambut pelayanan Allah yang paling kita perlukan; Pelayanan Perdamaian yang hebat itu.

Mengapa hebat? Sebab berdampak sangat luas dan positif di seluruh kehidupan kita. Seluruh kehidupan kita akan diwarnai seindah-indahnya, oleh karya besar Allah yang disebut Pelayanan Pendamaian itu. TRUE CHRISTIANITY IS LOVE IN ACTION (David O. McKay).

Untuk Siapa Sesungguhnya Karya Pendamaian Allah Itu?

Walaupun jawabannya sudah jelas, namun pertanyaan seperti ini masih harus sering diajukan lagi, karena di dalam kenyataan kita mudah melupakannya. Karya pendamaian Allah adalah untuk dunia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini ….” (Yohanes 3:16). “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka ” (2 Korintus 5:19). JESUS CHRIST WILL BE LORD OF ALL OR HE WILL NOT BE LORD AT ALL (St. Augustine of Hippo).

Pantaskah Dunia Mendapatkan Karya Pendamaian Allah?

Kita patut bersyukur, karena Allah tidak memperhitungkan pelanggaran kita. Jika Allah sudah berencana untuk mengulurkan tangan pertolongan-Nya, maka kita yakini demikian: Semakin besar dosa kita, maka Allah semakin tergerak hatinya untuk menolong. Penyelamatan-Nya itu semakin memadai jika ditujukan kepada manusia yang sangat besar kejahatannya. Sebesar-besarnya dosa manusia, masih lebih besar kasih karunia Allah serta pengampunan yang disediakan-Nya melalui Yesus Kristus.

Seorang penginjil di India sedang berkhotbah tentang “Yesus, Air Kehidupan”. Ia berdiri di dekat sebuah mata air yang gemericik jernih. Seorang yang beragama lain tiba-tiba menukas, “Agama Anda seperti mata air yang kecil ini, sedangkan agamaku bagaikan samudera luas!” “Benar,” sahut si penginjil, “Tetapi di sinilah bedanya: kalau orang menghirup air lautan, ia akan haus lagi dan akhirnya mati. Namun jika ia meneguk air kehidupan yang diberikan oleh Kristus, seperti mata air ini, ia akan hidup selamanya!”

Tetap Harus Ada “Prosedurnya”

Harus mau bertobat jika mau selamat!

Ada sebuah cerita tentang “Ketidak-siapan manusia”. Suatu siang seorang profesor memberikan kuliah umum di hadapan para mahasiswa. Saat itu jelas sang profesor sedang diremehkan oleh para mahasiswanya, karena banyak di antara mereka yang tidak mau mendengarkan kuliah itu. Mereka bicara sendiri-sendiri, bersenda gurau seenaknya saja, hanya sibuk main HP, bahkan ada pula yang makan kacang goreng di dalam ruang kuliah.

Tiba-tiba datang seorang juru kamera menghadap pak profesor karena ingin merekam perkuliahan yang sedang berlangsung. Setelah mendapatkan izin dari profesor, lampu sorot dari juru kamera itu segera diarahkan ke segala penjuru, termasuk ke arah para mahasiswa yang memenuhi ruangan itu. Begitu mengetahui hal itu, maka dengan bergegas para mahasiswa itu mengubah posisi duduk mereka dan menata sikap serta penampilan mereka menjadi serapi mungkin. Mereka tidak mau, tingkah laku mereka yang brengsek itu diketahui oleh umum.

Tindakan juru kamera dengan peralatannya itu, kiranya dapat menggambarkan tindakan Tuhan atas umat manusia yang sedang sibuk dengan urusannya sendiri, melakukan perkara yang sia-sia dan tidak terpuji. Manusia yang berbuat kejahatan dan bahkan berani menentang Tuhan. Apa yang terjadi bila tiba-tiba Tuhan muncul menggunakan “lampu sorot-Nya”? Tuhan memberikan peringatan, teguran serta mengizinkan terjadinya berbagai musibah yang menimpa umat manusia yang selama ini melecehkan Tuhan. Sesudah manusia mengalami berbagai kesusahan, maka yang paling diharapkan oleh Tuhan adalah terjadinya pertobatan di antara umat manusia.

Ada bocah cilik yang nakal. Dia memiliki kebiasaan bersembunyi di atap rumah yang terlindung oleh dedaunan yang rindang. Jika ada orang lewat di bawahnya, maka bocah cilik ini melemparkan kerikil ke kepala pejalan kaki itu. Setiap pejalan kaki yang kepalanya terkena lemparan batu, mesti segera menengadah untuk mencari tahu asal lemparan itu.

Orang-orang yang mendapatkan “lemparan batu” dari atas seharusnya segera memandang kepada Allah, sambil bertanya-tanya, “Mengapa Allah mengizinkan hal ini menimpa diriku?”

Untuk anak Tuhan yang lebih dewasa imannya, di sini ada himbauan sebagai berikut: Jangan hanya pada saat terkena batu yang menyakitkan Anda menengadah ke atas. Tapi juga pada saat dilimpahi berkat yang nikmat! Milikilah kepekaan untuk dapat merespons setiap sapaan dan sentuhan tangan Tuhan. Tapi sesungguhnya apa pun yang Allah lakukan merupakan ungkapan kasih-Nya semata. Sehingga peringatan, teguran bahkan hajaran-Nya itu dapat disebutkan sebagai penggembalaan khusus yang sangat kita perlukan.

Estafet Yang Dianjurkan Oleh Allah

Bacalah 2 Korintus 5:20, “Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Di sini kita mengetahui bahwa setiap anak Tuhan mau diikutsertakan oleh Allah untuk terlibat di dalam estafet-Nya. Bagi Allah, segala mata-rantai kejahatan harus secepatnya dipatahkan, tapi Pelayanan Perdamaian yang menyelamatkan harus dipertahankan, disebarluaskan serta dilanjutkan turun temurun. Dari rasul Paulus sampai ke kehidupan kita saat ini, sudah ada berapa banyak tingkatan generasi? Orang Kristen mana yang berani memutuskan estafet Allah ini? Siapa berani melawan rencana ilahi yang bermodalkan darah Kristus yang kudus itu?

Jika kita baca ayat selanjutnya, 2 Korintus 6:1, maka hati kita bisa merasa sangat tertusuk oleh Firman Tuhan yang berbunyi demikian: “… supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.” Di sini masing-masing anak Tuhan yang sudah menerima Pelayanan Pendamaian sebagai kasih karunia Allah itu, diharapkan untuk tidak menyia-nyiakannya. Jangan pernah beranggapan bahwa estafet itu sewaktu-waktu boleh dihentikan.

Dalam 2 Korintus 6:2 ditegaskan bahwa setiap hari adalah waktu perkenan Tuhan untuk menyelamatkan manusia berdosa melalui pemberitaan kita! Hal itu ditegaskan lebih jauh oleh Rasul Paulus dalam 2 Timotius 4:2, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya“.

Di konsistori GKI Wonosobo saya menemukan tulisan yang hebat:

DOA HAMBA TUHAN

“Tuhan, utus aku ke mana saja
hanya sertailah aku
Letakkan beban apa saja atasku,
hanya topanglah aku,
Putuskan ikatan apa saja daripadaku
kecuali ikatan yang mengikatku
kepada pelayanan-Mu,
dan kepada hati-Mu.”
(Dr. David Livingstone)

 

Pdt. Em. Daud Adiprasetya

1 Comment

  1. Nova

    Sangat terberkati

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...