Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu. (Mzm.119:47)
Lagu lama dari Titiek Puspa ini tak asing bagi kebanyakan orang Indonesia. Lagu itu berjudul “Jatuh Cinta,” sebuah lagu yang jelas menggambarkan peristiwa seseorang yang sedang jatuh cinta. Inilah kutipan syair lagu itu: “Jatuh cinta berjuta rasanya. Biar siang, biar malam, terbayang wajahnya. Jatuh cinta berjuta indahnya. Biar hitam, biar putih manislah nampaknya.”
Dalam Mazmur 119, kita pun menjumpai ekspresi orang yang sedang jatuh cinta. Namun, ekspresi itu menyatakan bukan soal jatuh cinta kepada seorang yang lain, tetapi jatuh cinta akan hal lain. Apakah itu? Inilah ekspresi orang yang jatuh cinta pada firman Tuhan.
Pemazmur menyatakan kepercayaannya kepada firman Allah (ay. 42). Ia benar-benar berharap kepada hukum-hukum Allah karena semua itu memberi kelegaan dalam hidup. Ia menegaskan, ia akan selalu berpegang kepada firman Allah di sepanjang hidupnya. Baginya, mencintai firman TUHAN itu “berjuta rasanya” alias menggairahkan hidup dan menggerakkan dirinya untuk bersaksi nyata tentang kasih setia Tuhan dalam hidup. “Inilah penghiburanku dalam sengsaraku” (ay. 50).
Kalau pemazmur mengekspresikan cintanya pada firman Tuhan sedemikian hebat, bagaimana dengan kita? Apakah kita mencintai firman Tuhan dengan gelora yang “berjuta rasa”? Atau malah biasa-biasa? Jika sungguh mencintai firman Tuhan, kita seharusnya bergairah untuk bergaul akrab siang dan malam dengan firman Tuhan dan melakukannya dalam hidup kita. [Pdt. Norita Yudiet Tompah]
DOA:
Ya Roh Kudus, nyalakanlah api cintaku kepada firman Tuhan. Kiranya aku mampu setia membaca dan melakukan firman Tuhan. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:41-48; Ul. 26:16-27:7; Mat. 19:16-22
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.