“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat. 22:21)
Teks Matius 22:21 sering digunakan sebagai dasar etis panggilan umat percaya kepada Allah dan negara. Namun, jawaban Yesus tersebut sebenarnya lahir dari upaya orang-orang Farisi untuk menjerat Dia. Mereka ingin agar Yesus memberi jawaban yang menolak kewajiban membayar pajak kepada kaisar.
Seandainya Yesus menjawab tidak wajib membayar pajak kepada kaisar, mereka memiliki dasar untuk menjatuhkan Dia. Yesus akan dianggap sebagai pemberontak. Yesus akan dituduh melawan otoritas kekaisaran Romawi. Namun, seandainya Yesus hanya menjawab wajib membayar kepada kaisar Romawi saja, maka Yesus akan dituduh sebagai orang yang melanggar hukum Taurat. Di Matius 22:18 dinyatakan bahwa Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Orang-orang Farisi itu disebut sebagai orang-orang munafik yang mencobai Dia. Kata “mencobai” mengingatkan kita akan tindakan atau upaya Iblis saat Yesus berpuasa di padang gurun.
Yesus menyadari motif utama orang-orang Farisi, yaitu ingin menjatuhkan Dia. Dengan cerdik Yesus membongkar kelicikan mereka seraya memberi jawaban yang telak dan bijaksana. Kita diingatkan akan nasihat Kristus agar tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular (Mat. 10:16). Ketulusan harus dibarengi dengan sikap waspada dan cerdik. Di pihak lain sangat berbahaya apabila kita cerdik, tetapi tidak tulus. Jadi, bagaimana sikap kita di tengah-tengah jebakan: Apakah mampu mengedukasi sekaligus memberi pencerahan? [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
DOA:
Roh Kudus berilah hikmat dan pengertian-Mu sehingga kami tidak masuk ke dalam jebakan. Sebaliknya, kami dapat memberi pencerahan. Amin.
Ayat Pendukung: Yes. 45:1-7; Mzm. 96: 1-9, (10-13); 1Tes. 1:1-10; Mat. 22:15-22
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.