Memandang Perbedaan dari Kaca Mata Kristus

Memandang Perbedaan dari Kaca Mata Kristus

1 Komentar 12981 Views

Perbedaan adalah bagian dari kehidupan. Kehidupan dimulai dari perbedaan, atau dengan kata lain, perbedaan yang menggerakkan kehidupan. Lihatlah kisah penciptaan yang diceritakan dalam kitab Kejadian, Allah mencipta banyak makhluk dan benda dengan fungsinya masing-masing. Matahari yang berfungsi pada siang hari, bulan yang berfungsi pada malam hari, binatang di laut dan di udara, tanaman berbiji dan lain-lain.

Betapa kayanya dunia ini dengan keberagaman. Allah mencipta dengan keberagaman yang indah untuk saling melengkapi dan menciptakan kehidupan. Maka agak aneh jika manusia (sebagai salah satu ciptaan Allah yang diciptakan berbeda) tidak dapat menerima dan hidup dengan perbedaan.

Manusia sering kali mengharapkan keseragaman. Keseragaman dianggap sebagai kekuatan dan kebersamaan. Sebaliknya tidak seragam dianggap sebagai kelemahan dan keretakan. Tidak jarang dalam hidup bersama, kita menciptakan keseragaman dengan menekan dan menyisihkan yang berbeda. Mereka yang memiliki cara berpikir yang berbeda, cara pandang yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, dianggap sebagai keanehan yang menjengkelkan sehingga dengan cepat mereka ditempatkan di luar lingkaran (jika tidak disisihkan). Dengan demikian kita telah gagal mengelola perbedaan sehingga perbedaan menjadi pemicu dari banyak pertikaian dan permusuhan.

Memandang perbedaan dari kaca mata Kristus, demikian judul tulisan ini. Pertanyaannya, mengapa kita perlu memandang perbedaan dari kaca mata Kristus?

Pada saat kita jujur bagaimana kita menyikapi perbedaan selama ini (seperti yang disebutkan di atas), dapatlah kita katakan bahwa kita telah gagal menerima dan hidup di dalam perbedaan. Kita telah gagal menempatkan perbedaan di antara kita dan sesama sebagai sumber kekuatan yang membangun kehidupan persekutuan kita. Kita telah gagal mensinergikan perbedaan menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Kegagalan itulah yang membuat kita bercermin dan menyadari bahwa kita tidak dapat bersandar pada kekuatan dan nilai manusia untuk memandang perbedaan dengan benar. Dengan demikian perbedaan mampu menjadi berkat pada saat kita memandang dengan cara pandang Kristus. Kristus yang membuka wawasan dan cara pandang kita untuk mengelola perbedaan itu untuk membangun kehidupan.

Kita dapat belajar dari persoalan jemaat Galatia (3:21-29) yang memiliki pergumulan yang kurang lebih sama. Mereka menempatkan Hukum Taurat sebagai nilai ukur kehidupan mereka. Hukum Taurat menjadi persoalan ketika dipakai menjadi satu-satunya ukuran bagi orang Yahudi untuk memahami keselamatan. Keselamatan diperoleh tergantung sejauh mana manusia dapat mematuhi Hukum Taurat itu dengan sempurna. Bagi orang Yahudi, Hukum Taurat menjadi kaca mata mereka untuk memandang segala sesuatunya, baik dalam berelasi dengan Tuhan (melakukan Hukum Taurat berarti selamat) maupun dalam berelasi dengan sesama (menghakimi mereka yang tidak hidup di bawah Hukum Taurat).

Paulus menentang hal ini. Ia mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah dari Allah jauh sebelum manusia dapat melakukan Hukum Taurat dengan sempurna.

Pada kenyataannya ketika manusia mengenal dan hidup menurut Hukum Taurat, manusia tidak dapat menjalani Hukum Taurat dengan benar. Hukum Taurat tidak akan pernah membawa manusia kepada keselamatan karena tidak ada seorang manusia pun dapat melakukannya dengan sempurna. Hukum Taurat berfungsi untuk mendefinisikan dosa. Dengan Hukum Taurat manusia mengenal dosa tetapi manusia tidak berdaya terhadap dosa itu, ia menjadi budak dosa. Hukum Taurat dapat mendiagnosa dosa tetapi ia tidak berdaya untuk mencari jalan keluar dan menyelamatkannya. Hal ini ibarat seorang dokter yang dapat mendiagnosa penyakit tetapi tidak mampu memberikan pengobatan untuk menyembuhkan si pasien. Jadi Hukum Taurat hanya membawa kita kepada sebuah pengetahuan akan dosa. Kesadaran inilah yang membawa manusia pada sebuah fakta semata-mata hanya karena anugerah, manusia beroleh keselamatan. Anugerah yang datang dari Allah karena kemurahan dan kemahakasihan Allah.

Paulus menggantikan kaca mata (cara pandang) orang Yahudi yang menggunakan Hukum Taurat dengan kaca mata (cara pandang) anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Anugerah yang dapat mengubah kehidupan manusia dari kehancuran menuju kekekalan. Manusia merespons anugerah Allah melalui baptisan. Melalui baptisan, manusia mengenakan cara hidup dan cara pandang Kristus. Baptisan mengikat kita dengan Kristus yang membawa perubahan hidup dari cara hidup lama menuju cara hidup baru. Persekutuan dengan Kristus juga berdampak pada persekutuan kita dengan sesama manusia. Di dalam Kristus, kita menjadi satu tubuh yang saling menopang dan memperlengkapi. Di dalam Kristus, perbedaan di antara kita dengan sesama menjadi kekuatan yang menggerakkan tubuh mewujudkan Kerajaan Allah. Maka di dalam Kristus perbedaan suku, status (Yahudi, Yunani, hamba atau orang merdeka) tidaklah menjadi persoalan sebab mereka telah diikat dalam Kristus. Setiap pribadi, berkembang dan mengembangkan dirinya dan orang lain menurut cara pandang Kristus sehingga perbedaan itu tidak lagi menjadi sumber perpecahan tetapi penyatuan sebab semua mengarah kepada kepentingan Kristus dan bukan kepentingan manusia.

Dalam 1 Korintus 12:12-31 Paulus menjelaskan pemahaman gereja sebagai satu tubuh untuk memahami perbedaan di dalam tubuh Kristus. Pemahaman ini menempatkan kita bahwa di dalam Kristus; anggota jemaat menjalin satu kesatuan yang utuh. Setiap anggota mendapat peranan dengan fungsi yang berbeda-beda. Tiap anggota, seberapa pun kecilnya memiliki kedudukan yang sama penting dan tidak dapat meniadakan yang lain bahkan mencipta sebuah ketergantungan yang melengkapi. Ketika salah satu anggota menjadi lemah; ia mendapat perhatian dan dukungan lebih dari anggota tubuh yang lainnya. Pemahaman ini sungguh-sungguh menjadi landasan kehidupan bergereja terutama dalam hal penerimaan dan penempatan anggota jemaat dengan perbedaannya. Persekutuan di dalam Kristus melahirkan cara hidup yang berbeda dengan sebelumnya yang masih dikuasai dengan dosa.

Dengan demikian cara pandang Kristus terhadap perbedaan membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa:

  1. Keberdosaan manusia membawa jalan hidupnya kepada kehancuran. Keberdosaan manusialah yang menempatkan perbedaan menjadi alat pemecah belah dan perusak kehidupan. Karya keselamatan Allah melalui Kristus adalah anugerah semata yang mengubah cara hidup manusia secara total dan menyeluruh.
  2. Anugerah pengampunan adalah sumber kekuatan dan dasar bagi manusia untuk menerima perbedaan menjadi suatu keunikan yang dikembangkan di dalam kebersamaan. Anugerah yang mengubah cara pandang manusia dalam melihat perbedaan. Di dalam anugerah keselamatan itu perbedaan adalah berkat. Perbedaan disyukuri dan dirayakan dalam kehidupan bersama.
  3. Orang lain sama penting dan berharganya dengan diri sendiri seperti Kristus menganggap manusia yang hina adalah makhluk yang berharga bagi-Nya. Dengan demikian dalam membangun kehidupan bersama di dalam Kristus, setiap pribadi tidak lagi merasa lebih hebat dari yang lainnya dan tidak lagi bersikap meniadakan yang lain. Kehidupan di dalam Kristus membawa manusia untuk hidup dalam ketergantungan yang membangun. Di dalam Kristus setiap orang dihargai, setiap orang mendapatkan peranannya untuk menopang yang lain dalam mewujudkan karya Allah di dunia.

Perbedaan di antara kita hanya akan menjadi berkat yang indah pada saat kita membawanya di dalam Kristus. Kristus menerima kita dengan anugerah-Nya, di mana IA tidak lagi mempersoalkan siapa saya dan saudara. Di dalam Kristus tidak ada yang lebih utama kecuali Yesus Kristus. Di dalam Kristus; kita diberi tempat yang sama baiknya dengan yang lain, dan dipercaya untuk menyokong yang lain.

GKI Pondok Indah hidup dalam keberagaman dan keberagaman ini menjadi indah pada saat kita memusatkan hidup persekutuan kita di dalam Kristus yang telah menyelamatkan kita. Dalam persekutuan kita, kita mengakui adanya perbedaan suku, ekonomi, pendidikan. Pengakuan itu sekaligus membawa kesadaran bahwa perbedaan dapat menjadi berkat pada saat ditempatkan di bawah Kristus. Perbedaan di antara kita, tidak akan meretakkan kita sebab kita telah melihatnya dengan kaca mata Kristus. Kaca mata yang membuat kita melihat bahwa perbedaan adalah kekuatan untuk saling menopang dan bukan untuk saling meniadakan.

Perbedaan membuat kita menjadi sejajar untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan yaitu mewujudkan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Hanya di dalam Kristus; perbedaan menjadi daya juang bersama dalam persekutuan untuk menghasilkan karya. Mari kita selalu melihat perbedaan ini dengan kaca mata (cara pandang) Kritus. Terpujilah Kristus.

Pdt. Dahlia Vera Aruan

1 Comment

  1. andjar soebyanto

    Puji Tuhan , pandangan yang banyak memberi kekuatan pada diri saya menjadi lebih terbeliak mata hati saya untuk menyikapi perbedaan yang terjadi dalam sendi kehidupan oleh karena nya saya menyimpulkan;
    1. perbedaan harus terjadi sehingga dapt dijadikan daya dorong untuk lebih peka dalam meraih jalan keluar , yang terpenting kepasrahan kita terhadap karya ROH KUDUS yang merupakan satusatunya inspirasi terbenar.
    2.menyadarkan diri sendiri dengan bertoleransai yang membutuhkan pengorbanan besar karean hati kita menjadi terluka, kesal dlsb.
    3.kesadaran untuk saling menolong dalam arti perbuatan sebagai mana yang disiratkan dalam firman Tuhan menjadi bagian yang tidak dapat ditawar.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...