Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah … Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. (Rm 1:21)
Kita hidup di dunia yang tunggang-langgang; bergerak cepat. Dunia kita berubah cepat, keras dan penuh persaingan. Tanpa disadari kita terbawa kesibukan yang melelahkan, sehingga dimensi spiritual ikut tergerus. Akibatnya, kita tenggelam dengan kehidupan di dunia beserta moralitasnya, dan melihat bahwa nilai iman hanya dapat dijalankan di dalam kehidupan bergereja, bukan di dunia sehari-hari.
Paulus tidak dapat membayangkan hidup dijalani tanpa Allah (ay. 20). Budaya Yunani yang luar biasa itu tak ada artinya, tanpa kehadiran Allah di dalam hidup orang Yunani. Hidup tanpa Allah mengakibatkan terjadinya pemujaan terhadap berhala; Allah digantikan dengan makhluk. Ketika Allah digantikan dengan makhluk, maka manusia hidup tidak dengan iman. Akibat jika hidup tanpa iman, ialah dunia ini akan kekurangan harapan, kehilangan makna dan tujuan. Itulah sebabnya Paulus mengingatkan tentang pentingnya hidup dalam kebenaran (ay. 25). Hidup dengan firman Allah mengandung peringatan saat kita kehilangan kebenaran dan kehilangan jalan kita, kita juga kehilangan Allah, karena Allah tidak dapat dikenal secara penuh tanpa firman-Nya. Tiadanya Allah dalam hidup kita akan membawa kita pada hidup yang sia-sia.
Cara kita hidup didunia dipengaruhi oleh cara kita memandang Allah. Jika kita salah mengenal Allah, prinsip hidup kita pun menjadi keliru. Apakah kita memandang dan memuliakan Allah sebagai Allah? (Pdt. Budiman)
REFLEKSI:
Bagaimana Saudara memandang Allah dalam kehidupan Saudara?
Ayat Pendukung: Mzm. 98; 1Sam. 28:3-19; Rm. 1:18-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.