MELAYANI ITU INDAH

Belum ada komentar 779 Views

Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be a servant or attendant). Dari pengertian tersebut maka melayani dapat dipahami sebagai kegiatan membantu orang lain atau memberi diri untuk menolong orang lain.

Betulkah Indah?

Yesus Kristus mencontohkan tentang hidup yang melayani, misalnya saat Ia membasuh kaki para murid, saat Yesus menyembuhkan orang-orang yang sakit, membangkitkan orang mati, dan memberi makan orang yang lapar dan dahaga. Maka tidak heran bergereja pun diwarnai dengan pelayanan seperti yang telah dilakukan Yesus semasa hidup-Nya di dunia. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari seorang Kristen dipanggil untuk melayani sebagai bagian dari salah satu tugas gereja di tengah dunia.

Namun demikian melayani tidak selalu indah. Banyak juga hal-hal yang kurang menyenangkan mewarnai aktivitas dalam melayani. Terkadang hidup melayani malah membuat seorang pelayan bertemu dengan hal-hal yang bisa saja melukai perasaannya. Seperti retaknya relasi karena ketersinggungan, marah, merasa tidak dihargai. Wah, apa betul melayani itu Indah?

Keindahan dalam Penyaliban Kristus

Kristus adalah bentuk yang sangat realistis dari hidup yang melayani. Sebab dengan begitu besar kasihNya kepada manusia justru hal sebaliknya yang Ia terima. Sebuah kisah yang sangat memilukan untuk mati di kayu salib. Ada ketidakadilan, penghinaan, kekerasan, dan hal yang buruk terjadi pada-Nya. Akan tetapi, kita tahu bahwa hal itu terjadi agar semua orang bisa hidup di dalamNya. Ia yang adalah Tuhan, mau merendahkan diri-Nya, agar manusia yang rendah karena dosa diangkat dari maut.

Saudara, keindahan pada penyaliban Kristus justru tidak semata-mata dilihat dari penderitaan-Nya, tetapi pada kehidupan yang diberikan-Nya melalui cara itu. Sebab hidup melayani itu indah jika berada di dalam kasih Allah. Yohanes 3:16 menyebutkan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Kata “kasih” bukankah dekat dengan “memberi”? Bahkan pengampunan atau “forgive”, juga dekat dengan kata “give”? Artinya bahwa keindahan tampak ketika ada sesuatu yang menjadi bagian dari kita, diberikan kepada sesama. Keindahan dalam melayani tatkala seseorang dengan tulus ikhlas menolong saudaranya tanpa pamrih. Hidup yang melayani menjadi sebuah tindakan untuk juga menghidupi dan mau hidup bersama ciptaan yang lainnya.

Tindakan nyata dalam melayani adalah menolong orang-orang yang lemah diungkapkan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul 20:35: “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”

Bunga yang Disiram Tidak Tumbuh Di Atas Kepala

Pernahkah saudara merawat bunga atau tanaman sejenis lainnya? Seorang yang merawat bunga akan berupaya menyediakan waktu untuk menyiram, memupuk, dan memelihara dengan baik. Dalam proses merawat bunga atau tanaman tersebut membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, bahkan dana. Bunga yang dirawat akan mengalami proses pertumbuhanan dan pada waktunya mengeluarkan kuncup bunga, kemudian mekar. Semua dilalui dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Sadarkah kita bahwa keindahan bunga itu ada pada kehidupan yang kita upayakan kepadanya. Ia akan tumbuh pada tanahnya sendiri. Ia akan mekar pada tangkainya sendiri. Bunga itu tidak akan tumbuh di atas kepala kita! Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan bagi bunga itu, tidak berfokus pada diri kita.

Hidup melayani pun bisa kita pandang mirip dengan contoh di atas. Kita melayani bukan berfokus pada pujian yang datang setelah penderitaan atau pengorbanan yang kita lakukan. Seperti kadang kita dengar dalam kehidupan pelayanan: “Wah anda hebat sekali bisa berkorban seperti itu”, atau “Beliau ini orang yang baik karena sering membantu banyak orang”, dan lain-lain. Hidup melayani akan tidak indah jika kita berfokus pada diri sendiri. Karena jika tak ada yang memuji, kita akan seperti seseorang berupaya menumbuhkan bunga di atas kepala hingga orang lain melihat.

Mari Melayani!

Suatu ketika ada seorang kakak Guru Sekolah Minggu (GSM) yang mempunyai dua buah coklat batangan. Coklat pertama diberikan kepada seorang anak secara acak dengan sebuah pesan “Aku titip ya, kamu simpan dulu”. Lalu, coklat kedua diberikan kepada seorang anak yang berhasil menjawab pertanyaan dari GSM tersebut. Pada akhir Sekolah Minggu, GSM itu meminta kedua anak tersebut berbagi kepada seluruh kelas. Ternyata anak yang dititipkan memberikan kepada seluruh kelas dengan lebih tulus tanpa memikirkan apa pun, sedangkan anak yang berhasil menjawab pertanyaan melakukannya dengan berat hati. Sebab ia merasa coklat itu adalah buah dari upayanya sendiri.

Saudara, sangat penting untuk menyadari tentang kasih Allah yang terlebih dahulu sudah ada pada kita. Melayani itu indah, karena sejak awal Allah mengindahkan hidup kita. Hidup melayani bukanlah lagi tentang pencarian keindahan setelahnya, yang seringkali berakhir dengan mencari keindahan atas apa yang kita lakukan. Hidup melayani justru menjadi tanda syukur atas keindahan dan kehidupan yang sudah Tuhan berikan seperti anak sekolah minggu yang dengan sukacita membagikan coklat yang dititipkan padanya.

|Pdt. Luisye Sia

Melayani itu indah, karena sejak awal Allah mengindahkan hidup kita

.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • Persahabatan
    Setiap kali saya membaca kata “persahabatan”, kata itu memberikan rasa hangat di hati saya. Kata itu membawa ingatan saya...