Konser 10 tahun Syahrini sedang jadi bahan perbincangan para netizen. Harga tiket untuk kelas teratas sebesar Rp 25 juta membuat mereka agak terpana. Kelas paling istimewa dari konser bertajuk #10tahunjambulkhatulistiwa “Journey of Syahrini” itu dinamai Incess Seat. Keistimewaan kelas ini, penontonnya akan duduk paling depan untuk menyaksikan aksi panggung Syahrini dan mendapatkan merchandise spesial. Konser yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 September 2018 pukul 20.00 di Ciputra Artpreneur Jakarta ini, mengusung tema “Music & Comedy Show”. Syahrini yang akan menceritakan sendiri kisah perjalanan fenomenalnya selama 10 tahun berkarya hingga saat ini.
Tiket dengan kategori Incess Seat, yang pembeliannya harus lewat pemesanan khusus itu, setara dengan tiket termahal konser penyanyi internasional Celine Dion. Saat itu, zona Diamond menjadi tiket termahal konser Celine Dion yang pertama kali konser di Indonesia, juga Rp 25 juta. Syahrini memastikan bahwa penonton akan mendapatkan kejutan darinya. Ia menyebutnya sebagai ‘kejut nyata’. Sementara itu, penonton yang membeli tiket zona Diamond untuk konser Celine Dion hanya mendapatkan posisi duduk paling depan. Tidak ada merchandise ataupun sesi meet and greet dengan penyanyi asal Kanada yang menggelar konser di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 7 Juli yang lalu. Kabarnya, tiket Incess Seat seharga 25 juta rupiah ini sudah sold out.
Mulai tanggal 18 Agustus yang lalu, ada peristiwa besar di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Palembang, yaitu penyelenggaraan pesta olah raga terbesar di Asia: Asian Games ke-18. Persiapan yang sudah dilakukan sejak lama, renovasi venue atau tempat-tempat yang akan digunakan untuk bertanding, dilakukan dengan biaya yang tidak sedikit. Acara pembukaan yang begitu meriah dan spektakuler mendapat pujian dari dalam dan luar negeri. Sangat disayangkan, ada kekurangan yang sangat mengganggu, yaitu dalam hal penjualan tiket. Sulit sekali mendapatkan tiket untuk menyaksikan pertandingan, terutama untuk cabang-cabang olahraga favorit, seperti sepak bola dan bulu tangkis. Akibatnya, banyak yang rela membeli tiket dengan harga mahal dari para calo. Kemudian, mereka juga rela antre berjam-jam untuk bisa mendapatkan posisi di depan supaya bisa menyaksikan pertandingan dengan baik. Sekali lagi, orang rela membayar lebih dan rela menyisihkan waktu hanya untuk mendapatkan bangku paling depan, dan mereka juga tidak mau terlambat hadir dalam acara tersebut.
Yang hendak disampaikan di sini bukan betapa banyaknya orang Indonesia yang mampu dan rela merogoh kocek mereka hanya untuk bertemu dan menonton konser Syahrini, atau rela membayar lebih dan berpanas-panas mengantre untuk bisa menonton pertandingan secara langsung, melainkan betapa besar hasrat untuk bisa duduk di bangku paling depan dalam menyaksikan konser atau pertandingan tersebut.
Kondisi ini sangat berbeda dengan kegiatan di gereja kita, baik dalam acara-acara seminar, lokakarya maupun kebaktian. Jemaat tampaknya enggan untuk duduk di bangku paling depan. Kalau kita sempat beribadah pada kebaktian pertama pukul 06.00 pagi, maka akan terlihat sekitar 5 baris pertama dari depan di setiap lajur, umumnya kosong. Entah apa penyebabnya.
Khusus di kebaktian Minggu, saat ini sudah ada para usher yang bertugas membantu jemaat untuk mendapatkan tempat duduk. Akan tetapi di lain pihak, sebagian besar jemaat juga sudah mempunyai tempat duduk favorit. Mereka merasa nyaman duduk di tempat favorit mereka, dan apabila mereka diarahkan untuk duduk di tempat lain, mungkin tidak merasa nyaman. Ini sebuah tantangan tersendiri bagi para usher. Menurut hemat saya, ada beberapa aspek yang menjadi kendala. Yang pertama, seperti yang diungkapkan di atas, mereka pada umumnya sudah mempunyai tempat-tempat favorit, sehingga agak “menolak” untuk diarahkan ke tempat yang lain, apalagi diminta untuk duduk di baris depan. Jemaat ada yang merasa, “Kok mau beribadah saja harus diatur-atur duduknya”. Yang kedua, adanya sebagian jemaat yang datang terlambat. Hal ini juga menyulitkan usher untuk mengarahkan mereka. Kadang-kadang walaupun datang terlambat, tetapi masih ingin duduk di tempat favorit mereka. Ada pula warga jemaat yang datang terlambat bersama rombongan keluarga, dan mereka tidak mau terpisah duduknya. Ini juga membuat kesulitan tersendiri bagi usher. Yang ketiga, usher perlu dibekali dengan cara-cara tertentu agar bisa mengarahkan jemaat dengan baik. Yang keempat, perlu dilakukan sosialisasi yang terus-menerus mengenai tugas-tugas usher kepada jemaat, sehingga jemaat tidak canggung dengan keberadaan usher di setiap kebaktian.
Memang, pendeta atau pembicara di gereja bukanlah selebritas seperti Syahrini atau Celine Dion, tetapi kalau untuk menonton mereka saja kita rela membayar mahal untuk bisa duduk di barisan depan, maka untuk duduk di bangku paling depan secara cuma-cuma alias gratis di kebaktian, sangat boleh dipertimbangkan. Kalau untuk menonton konser atau pertandingan saja kita tidak mau terlambat, tentu datang tidak terlambat dalam sebuah kebaktian atau acara-acara di gereja patut pula diperhatikan. Salam damai!
>> Sindhu Sumargo
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.