Suatu sore musim panas tahun 1936, Horace Rodeheaver mengundang para pengajar Sekolah Musik Rodeheaver ke rumahnya di Rainbow Point, Indiana. Di antara mereka yang hadir terdapat penulis lirik lagu Virgil Brock dan istrinya, komposer Blanch Brock.
Ketika hari mulai senja, matahari yang terbenam di atas Danau Winonadi dekat tempat itu begitu mengagumkan, sehingga mereka mulai membicarakan keindahannya yang luar biasa itu. Pembicaraan akhirnya mereda dan mereka duduk lama di sana, sambil meresapi keajaiban tersebut dalam keheningan.
Sepupu Virgil,Horace Burr, yang buta sejak lahir, tiba-tiba berbicara dengan penuh gairah, dan berkata bahwa ia belum pernah melihat matahari yang terbenam begitu indahnya. Salah seorang tamu bertanya kepadanya bagaimana mungkin ia dapat melihat peristiwa yang terjadi di langit. Jawaban Horace membawa dampak yang membekas dalam: Saya melihat melalui mata orang lain, dan saya rasa bahwa saya sering melihat lebih jauh – Saya melihat di seberang matahari terbenam.
Ketika pulang kembali ke rumahnya, Virgil terinspirasi untuk menulis sebuah lagu pujian berdasarkan peristiwa sore hari itu. Istrinya bergabung dengannya dari piano. Horace juga ada di sana. Ketika ia mendengar ketiga bait pertama, Horace mengingatkan mereka tentang awan badai yang melayang tepat di atas matahari terbenam itu, dan mengusulkan untuk menjadikannya sebagai bait keempat. Sebelum ketiganya tidur malam itu, lagu BeyondtheSunset siap untuk dipublikasikan.
Beyond The Sunset
Beyondthesunset, O blissfulmorning.
WhenwithourSaviourheaven’sbegun.
Earth’stoilingended, O gloriousdawning
Beyondthesunsetwhendayisdone.
Beyondthesunset, nocloudswillgather.
Nostormswillthreaten, nofearsannoy.
O day of gladness, O dayunending.
Beyondthesunseteternaljoy.
Beyondthesunset, a handwillguideme,
ToGodtheFatherwhom I adore.
Hisgloriouspresence, Hiswords of welcome,
Willbemyportion on thatfairshore.
Beyondthesunset, O glad reunion,
Withourdearlovedoneswho’vegonebefore,
In thatfairhomelandwe’llknownoparting.
Beyondthesunsetforevermore.
Terjemahan lagu ini terdapat di dalam Nyanyian Kidung Baru no. 150 “Di Seb’rang Sana”
1. Di seb’rang sana pagi yang ceria,
bersama Tuhan selamanya.
Berakhir sudah kerja di dunia,
di seb’rang sana, neg’ri baka.
2. Di seb’rang sana azab tiada,
badai dan kabut telah lenyap.
Hari bahagia tidak bertara;
di seb’rang sana damai tetap.
3. Di seb’rang sana ‘ku dibimbingNya,
kepada Bapa yang ‘ku sembah.
Hadirat Allah yang mahamulia
bahagianku selamanya
4. Di seb’rang sana kita berjumpa
dengan kekasih yang t’lah menang.
Kita bersatu senantiasa;
di seb’rang sana, fajar cerlang.
Kisahlagu yang indah ini diceritakan pada Natal Senior, Desember 2012
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.