“… jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk. 1:38)
Maria, pada Minggu Adven IV, sedang bergumul. Namun umumnya, setelah membaca nas ini, semua orang percaya bahwa Maria berbahagia karena ia mengandung Bayi Yesus, meskipun ia belum bersuami. Maria mengandung karena Roh Kudus? Jangankan zaman itu. Zaman kini, saat teknologi sangat memungkinkan seseorang hamil tanpa bersuami, tetap masyarakat sulit percaya seseorang hamil karena Roh Kudus. Maria mengalami hal di luar keinginannya.
Maria bergumul keras dengan kehamilannya. Allah, bagi Maria, seolah-olah bersikap “semena-mena” karena menanggungkan beban hamil sebelum bersuami atas dirinya. Maka, ketika Maria mengatakan “jadilah padaku menurut perkataanmu itu,” terasa sekali ungkapan pergumulannya menanggung cela itu. Kisah Maria ini adalah simbol solidaritas kesemena-menaan yang kuat atas yang lemah. Ketertekanannya adalah bentuk solidaritasnya bagi mereka yang lemah. Ia menjadi korban karena kesemenaan- menaan tindakan manusia. Namun, Maria tetap taat pada Allah.
Berjalan pada kehendak Allah dengan taat adalah perasaan yang ada pada seseorang yang tertekan dan tertindas. Sebagian orang tak mengerti kesusahan, penderitaan, nasib nahas, sakit penyakit yang dialaminya; sebagian orang mengalami penderitaan yang disebabkan perbuatan orang lain atau situasi di luar dirinya. Atas mereka, seperti atas Maria, Allah hadir secara nyata. Kehadiran Allah membuat para korban kesemena-menaan taat dan kuat di jalan-Nya. [Pdt. (Em.) Rasid Rachman]
DOA:
Tuhan, kuatkanlah mereka yang berada di bawah penindasan dan kesemena-menaan. Amin.
Ayat Pendukung: 2Sam. 7:1-11, 16; Luk. 1:46b-55; Rm. 16:25-27; Luk. 1:26-38
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.