Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku …. (Flm. 1:18)
Saya terkesan dengan satu teks di Alkitab di mana Yesus Kristus berdialog dengan para penjahat di sampingnya. Saya memparafrasenya demikian, penjahat A, “Guru, katanya Engkau Mesias, selamatkan dirimu, maka aku akan percaya!” Penjahat B, “Hus! Hati-hati! Kita memang berdosa!” Saya tertarik bagaimana Yesus merespons penjahat A. Dia diam. Dia tidak menunjukkan kuasa untuk merendahkan penjahat A tersebut. Dia memilih untuk merendahkan dirinya.
Dari dalam sel penjara, Paulus membawa Onesimus kepada Tuhan. Paulus lalu meminta Filemon, majikan Onesimus, untuk mengampuni sang budak yang kabur dari rumahnya itu. Budak itu telah menjadi pengikut Tuhan kini. Paulus meminta Filemon bukan hanya mengampuni, tetapi juga menerima Onesimus menjadi saudara. Sebagai orang Kristen kita seharusnya mengampuni sebagaimana kita sudah diampuni (Mat. 6:12; Ef. 4:31-32). Pengampunan yang sejati adalah kita memperlakukan orang yang diampuni sebagaimana kita mau diperlakukan. Adakah seseorang yang Anda katakan Anda ampuni, tetapi sebenarnya masih membutuhkan kebaikan Anda?
Mari mengintronspeksi diri dan meniru teladan Kristus yang merendahkan diri-Nya dan berkorban hingga mati di kayu salib untuk mengampuni dosa kita. Kerendahan hati dan pengorbanan Kristus adalah teladan bagi kita untuk mau merendahkan hati di hadapan orang, yang mungkin tidak layak mendapatkannya. [Pdt. Indra Kurniadi Tjandra]
DOA: Tuhan, ajar kami untuk mengasihi orang yang tak layak dikasihi.
Ayat Pendukung: Mzm. 37:1-17; Rut 1:1-18; Flm. 1:1-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.