Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. (Mrk. 15:37–38)
Bait Suci, tempat ibadah umat Yahudi, yang dulu terletak di Yerusalem sekarang sudah tidak ada lagi. Bait Suci itu, dulu, pernah menjadi pusat ibadah umat Yahudi yang sangat penting. Seluruh ruang di dalamnya adalah kudus. Di sana ada lagi ruang maha kudus, tempat tabut perjanjian diletakkan. Ruang yang kudus dan ruang maha kudus dipisahkan oleh sebuah tabir. Ruang maha kudus hanya boleh dimasuki oleh seorang imam yang bertugas setahun sekali. Ketika Yesus mati, tabir pemisah itu terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
Kejadian yang tampaknya kecil itu, telah mengundang perhatian para penulis kitab-kitab Injil Sinoptik, khususnya Matius dan Markus. Para penafsir sepakat bahwa terbelahnya tabir di Bait Suci itu disebabkan oleh kematian Yesus. Ini berarti bahwa kematian-Nya bukanlah peristiwa biasa-biasa saja, melainkan sarat makna teologis. Yesus seperti hewan kurban dalam Perjanjian Lama yang menggantikan hukuman yang seharusnya ditanggung oleh seorang pendosa.
Kematian Yesus mendamaikan kembali hubungan antara Allah dan manusia berdosa, yang rusak dan terputus akibat dosa. Bukan hanya itu. Kematian Yesus juga mendamaikan manusia dengan sesamanya. Inilah arti salib yang terdiri dari dua palang: membujur dan melintang. Kematian Yesus Kristus, Tuhan kita, telah mendamaikan manusia yang berdosa dengan Allah dan dengan sesamanya. [Pdt. (Em.) Ferdinand Suleeman]
REFLEKSI:
Umat Kristus harus menjadi pelopor perdamaian di mana saja.
Ayat Pendukung: Yes. 50:4-9a; Mzm. 31:10-17; Flp. 2:5-11; Mrk. 15:1-39, (40-47)
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.