Kebangkitan-Nya Memulihkan

Kebangkitan-Nya Memulihkan

Belum ada komentar 1193 Views

Berbicara tentang sebuah peristiwa yang setiap kali diulang-ulang seperti Paska (h), misalnya, bisa jadi menjadi suatu yang menyulitkan tetapi juga sekaligus membosankan. Menyulitkan bagi si penulis, oleh karena setiap kali ia harus berusaha dan berpikir keras untuk membuat peristiwa itu tetap menarik dan tetap relevan namun di sisi lain bisa membosankan pembacanya karena itu lagi, itu lagi, pasti bicara Yesus yang bangkit, kubur yang kosong, perempuan-perempuan yang terkejut dan seputar itu.

Kebangkitan-Nya adalah Kuasa

Setiap tahun kita memperingati Paska, tetapi pertanyaannya ialah, sampai sejauh mana kebangkitan-Nya itu mempunyai keterkaitan dengan kehidupan kita kini dan di sini? Apakah kebangkitan Kristus makin memengaruhi kehidupan kita, di dalam mengusir kekawatiran hidup, di dalam mengatasi ketakutan, di dalam mengantisipasi masa depan yang makin tidak memberikan pengharapan ini? Haruslah diakui bahwa upaya-upaya menghadirkan peristiwa di sekitar Paska yang terjadi ribuan tahun lalu terkadang luar biasa, baik melalui tayangan-tayangan film maupun lewat drama-drama dan lain-lain, seringkali mengundang haru dan kesedihan bahkan sampai menitikkan air mata, namun sesudah itu apa?

Biasanya tidak ada apa-apa, sebab itu hanyalah “peristiwa” masa lalu yang tidak ada relevansinya dengan hidup kita sekarang, padahal Paska bukan sekedar peristiwa, tetapi “kuasa”, Paska adalah proklamasi tentang kuasa dan kemenangan Allah atas dosa dan maut (Roma 6:23a, 1 Kor 15:55). Melalui Paska lalu Yesus kemudian memproklamirkan diri dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi …”. Pada awal Paska para murid pun masih menanggapi hal ini sebagai peristiwa sehingga yang ada hanyalah ketakutan melulu dan mereka hanya bisa menutup pintu rapat-rapat untuk terus bersembunyi, namun ketika kemudian mereka mengalami sebagai kuasa, mereka tidak takut lagi. Bagaimana dengan Anda? Apakah kebangkitan-Nya sungguh merupakan kuasa yang membangkitkan pengharapan Anda atau tetap hanya sebuah peristiwa?

Konsolidasi

Setelah Yesus bangkit, yang segera dan pertama-tama dilakukan ialah mencari, meyakinkan dan mempersatukan murid-murid yang tercerai-berai. Ketika mereka berusaha mencari selamat dengan caranya masing-masing, Yesus terus berusaha mengonsolidasikan mereka dengan tidak jemu-jemu. Sekalipun kebangkitan-Nya menggemparkan dan merupakan sebuah fenomena yang dahsyat bagi dunia, tetapi mestinya tidak demikian bagi para murid, oleh karena hal ini sudah Yesus katakan jauh sebelum peristiwa ini terjadi.

Sebenarnya ada cukup alasan bagi Yesus untuk menjadi kecewa atas sikap para murid yang seperti itu, tetapi toh Yesus tidak berlaku demikian, namun Ia mencari murid-murid yang sedang berkumpul di suatu tempat dan mengunci pintu-pintu dalam suasana penuh ketakutan. Segera setelah Yesus berjumpa dengan mereka, berkata: “Damai sejahtera bagi kamu” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka, …maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu… “(Yoh.20:19b-21). Kepada Tomas yang penuh keraguan serta berusaha menuntut bukti, Yesus tidak kecewa, tetapi didatanginya secara pribadi, kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah”. Bahkan Petrus yang pernah mengecewakan Tuhan Yesus sedemikian rupa, tidak dibuang, tetapi didekati secara pribadi dan ditanya sampai tiga kali, Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?

Inilah upaya Yesus menyatukan mereka kembali. Pertanyaannya, disatukan untuk apa? Dipersekutukan untuk apa? Persatuan dan persekutuan bukanlah tujuan akhir Yesus, tetapi mereka dipersatukan untuk “diutus”, mereka dipersekutukan untuk “pergi” membawa serta memberitakan misi Allah, bukan lagi misi pribadi dan sendiri-sendiri, …”pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku…”

Kebangkitan-Nya telah memulihkan

Di dalam terang kebangkitan yang seperti inilah para murid mendapat pencerahan dan pemulihan. Bukan sekedar pemulihan, tetapi juga kuasa, manakala Yesus sang Penguasa di surga dan di dunia ini mengembusi mereka dengan Roh Kudus, mereka bukan lagi para pengecut, mereka bukan lagi para penakut, mereka bukan lagi mencari ‘tahta’ pribadi. Dengan kuasa itu mereka kini hidup dan melaksanakan misi Allah di dunia ini dengan perkasa, sekalipun bukan berarti sepi tentangan dan tantangan, tetapi kini mereka berani menghadapi, sekalipun taruhannya adalah nyawa, tetapi mereka tidak takut lagi.

Suatu kali ketika Petrus dan kawan-kawan di’ciduk’ dan dihadapkan kepada Mahkamah Agama, Imam Besar mulai menanyai mereka, katanya: “Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami”. Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat,…Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia” (Kis.5:28-32).

Adakah spirit seperti itu juga kita miliki? Adakah gema Kebangkitan-Nya juga kita alami, sehingga kuasa Paska menyemangati kita terus untuk menghadapi ‘hidup ‘ ini dengan berani.

Pdt. Agus Susanto


Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...