Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku? (Mzm. 116:12)
“Saya tidak mau lagi datang ke gereja, orang-orangnya menyebalkan, suka membicarakan keburukan orang lain,” kata seorang pemuda kepada pendetanya. “Baik, saya paham alasanmu. Kamu boleh tidak datang lagi ke gereja setelah melakukan satu hal, yakni bawalah gelas berisi air ini keliling gereja dan kembali ke saya, tanpa ada satu tetes air pun yang tumpah.” Pemuda itu segera mengangkat gelas yang berisi penuh air, lalu berjalan keliling gereja dan tiba dengan gelas yang masih penuh air. “Bagaimana? Apakah kamu melihat orang-orang yang membicarakanmu tadi?” tanya pendeta itu. Pemuda itu menjawab, “Bagaimana mau melihat ke orang-orang, kalau saya sibuk melihat ke gelas dan menjaga air tidak tumpah?”
Pemazmur menyadari akan kebesaran dan kebaikan Tuhan di sepanjang hidupnya, serta keterbatasan dirinya untuk dapat membalas kebaikan Tuhan. Itulah sebabnya, ia memberikan sebuah pertanyaan reflektif: bagaimana caranya dia dapat membalas kebaikan Tuhan?
Pertanyaan reflektif yang sama harus ditanyakan kepada kita masing-masing. Dengan apakah kita akan membalas kebaikan Tuhan? Saat kita beribadah, kita melakukan pelayanan, kita bekerja, kita berkeluarga maka itu semua seharusnya kita lakukan dalam rangka membalas kebaikan Tuhan. Jika itu yang menjadi motivasi kita dalam melakukan segala sesuatu, maka kita tidak akan sibuk dengan penilaian orang lain. [Pdt. Engeline Chandra]
DOA:
Biarlah kami boleh terus merasakan dan mengalami kebaikan-Mu, Tuhan, dan membalasnya dengan seluruh hidup kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 116:1-2, 12-19; Kej. 21:1-7; Ibr. 3:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.