Sebab, Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia. (Yohanes 3:17)
Di dunia yang penuh perbedaan dan ketidaksempurnaan ini, sangat mudah bagi kita untuk terjebak dalam pola pikir menghakimi. Ketika melihat kesalahan orang lain, kritik begitu lancar mengalir, dan kita merasa lebih superior. Kita lupa bahwa setiap individu memiliki perjalanan hidup dan pergumulan masing-masing.
Penginjil Yohanes menuliskan, “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia.” Artinya, kedatangan Yesus bukan untuk menghukum atau mencela, melainkan untuk menawarkan kasih dan pengampunan. Yesus datang untuk menebus, bukan untuk menghakimi. Fokus Kristus adalah menyelamatkan dunia yang terhilang, bukan untuk menghukumnya. Pesan ini menantang kita untuk mengubah perspektif. Alih-alih cepat menghakimi, kita dipanggil untuk meneladani kasih Allah yang rela mengampuni dan memberi kesempatan bagi orang lain untuk berubah.
Apakah kasih Allah yang agung ini sudah memengaruhi tingkah laku kita sehari-hari? Mampukah kita menahan diri untuk tidak menghakimi orang lain dan memilih untuk mengasihi mereka seperti Kristus mengasihi kita? Ingatlah bahwa kita semua adalah pendosa yang membutuhkan anugerah. Marilah kita belajar melihat orang lain dengan perspektif kasih, memberikan pengampunan, dan menolong mereka untuk bangkit. Sebab, bukankah hanya kasih yang pada akhirnya akan menyembuhkan dan mempersatukan? [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah hatiku dikuasai oleh kasih yang menyembuhkan atau justru keinginan untuk menghakimi?
Ayat Pendukung: Kel. 32:7-14; Mzm. 51:1-10; 1 Tim. 1:12-17; Luk. 15:1-10
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.