Bagaimana caranya agar seorang mengalami kasih Kristus? Apalagi anak-anak kita yang masih kecil, tanpa pengalaman khusus yang dialami secara personal? Dari pengalaman beberapa orang, ternyata ada sebuah pintu masuk yang dapat kita lalui agar kita dapat mengalami kasih Kristus. Tentu kita tahu bahwa kasih Kristus diberikan secara umum maupun secara khusus. Secara khusus dapat kita alami saat Kristus menyapa kita yang berdosa sehingga kita bertobat dan memercayakan hidup kita kepada Kristus, Sang Juruselamat. Sedangkan kasih Kristus secara umum dapat kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Kasih Kristus secara umum dan secara khusus itulah yang kita perlukan sebagai dasar hidup kita untuk mengasihi, mengampuni dan memulihkan diri serta memulihkan sesama kita.
Apakah saudara pernah mengalami kasih Kristus yang dimaksud seperti di atas?
MENEMUKAN KASIH KRISTUS MELALUI KECERDASAN YANG BERBEDA
Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda. Melalui kecerdasan itu kita mengembangkan diri dan talenta kita. Menurut Prof. Howard Gardner ada 8 kecerdasan yang salah satunya pasti dimiliki oleh setiap orang. Tentu saja ada pula yang memiliki 2 atau lebih kecerdasan. Saya kira, melalui kecerdasan itu pula sesungguhnya kita dapat lebih mudah mengalami kasih Kristus. Memang pendekatan ini dapat menimbulkan perdebatan, namun mari kita melihat nilai praktisnya sehingga kita dapat mengajak anak-anak kita untuk mengalami kasih Tuhan dengan cara yang paling dapat mereka pahami.
1.Melalui Kecerdasan Tata Ruang
Anak-anak yang memiliki kecerdasan Tata Ruang (visual) senang sekali dengan sesuatu yang visual. Film atau drama tentang penyaliban dan kebangkitan Kristus menjadi pengalaman yang berharga baginya untuk mengalami kasih Kristus. Seorang anak yang memiliki kecerdasan ini dapat memberikan penjelasan yang terperinci tentang apa yang dilihatnya. Pendampingan orangtua saat melihat kisah nyata penyaliban Kristus sangat diperlukan. Mungkin ada bagian-bagian yang tidak perlu dilihat oleh anak karena mengupas kekejaman yang terjadi pada waktu itu, namun yang paling penting adalah pesan dari kisah yang mereka saksikan.
Anak-anak dengan kecerdasan tata ruang juga sangat peka dengan apa yang dilihatnya. Ia akan iba melihat orang-orang yang sakit dan menderita. Pengalaman Bunda Teresa yang dapat mereka lihat secara visual dapat juga menjadi salah satu referensi yang membuat mereka memahami kasih Allah dan panggilan untuk mengasihi.
2. Melalui Kecerdasan Linguistik
Berbeda dengan anak-anak visual, anak-anak dengan kecerdasan verbal-linguistik dapat kagum dengan apa yang didengarnya. Itu sebabnya mereka sangat membutuhkan orangtua yang memberikan nilai-nilai kehidupan bukan hanya melalui nasihat tetapi juga melalui buku-buku bacaan bermutu. Setelah mereka membaca, mereka membutuhkan bimbingan dari orangtua. Termasuk saat mereka membaca Alkitab.
Bahkan ayat-ayat Alkitab dapat dengan mudah dihafal sekalipun mereka belum memahami artinya. Tentunya tugas orangtualah dalam hal menerjemahkan maksud ayat-ayat yang dibaca anak dalam kesehariannya. Orangtua dapat juga mengajak anak untuk membuka Alkitab versi bahasa lain karena mereka memiliki kecerdasan dalam memahami bahasa asing dengan cepat, tentu saja kekaguman mereka akan kuasa dan kasih Tuhan semakin bertambah saat mereka diperkaya dengan berbagai bahasa dan arti dari kata yang sedang mereka pelajari.
Daripada menonton TV, anak-anak linguistik verbal lebih baik membaca atau mendengarkan orang lain mengajar mereka. Itu sebabnya gunakanlah kesempatan ini untuk memberikan kalimat-kalimat berkualitas kepada mereka, agar mereka mengalami kasih Tuhan melaluinya.
3. Melalui Kecerdasan Logis Matematis
Anak-anak logis matematis, menggunakan penalarannya dalam melihat dan menganalisa sesuatu. Mereka dapat mengkritik apa yang mereka saksikan, seperti drama penyaliban Yesus yang terlihat pura-pura, bahkan film yang tampak seperti sungguhan di mana darah Tuhan Yesus mengalir di peluhnya. Karena mereka sangat berpikir kritis, tentu orangtua anak-anak dengan kecerdasan logis matematis tidak boleh mengabaikan setiap pertanyaan mereka mengenai realita dan rekayasa yang dilakukan manusia dalam upaya menyatakan kasih Kristus.
Daripada menceritakan mengenai film kartun, anak-anak dengan kecerdasan logika ini lebih mudah menerima data-data akurat dari kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab. Mereka suka jika orangtua menjelaskan, misalnya berapa besar bahtera Nuh dibandingkan dengan Pondok Indah Mall? Atau berapa banyak jumlah orang yang duduk makan sewaktu Yesus memberi makan 5000 orang laki-laki dibandingkan dengan warga jemaat GKI Pondok Indah yang duduk dalam sekali kebaktian.
Orangtua dari anak dengan kecerdasan logika matematis dapat membeli buku tafsiran Alkitab sehingga menambah pengetahuan anak tentang isi Alkitab dan membantu mereka kagum akan kisah-kisah yang dicatat Alkitab. Jangan lupa, mereka juga akan kritis terhadap guru Sekolah Minggu atau ajaran gereja. Mari bersiap untuk menjawabnya, karena pintu masuk yang membuat mereka dapat mengalami kasih Kristus adalah melalui penjelasan yang diberikan orangtua dalam menanggapi kekritisan mereka.
4. Melalui kecerdasan kinestetik jasmani
Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik jasmani tidak dapat duduk diam di Sekolah Minggu atau pun di gereja. Mereka akan mencari cara bagaimana tubuh mereka dapat bergerak ke sana kemari. Itu sebabnya, anak-anak kinestetis lebih suka mengalami sendiri apa yang mereka pelajari. Kesempatan untuk menyanyi dalam paduan suara, ikut grup teater gereja atau mengikuti kegiatan-kegiatan kemanusiaan membuat anak semakin mudah memahami kasih Kristus. Tentu saja dengan bimbingan orangtua yang menjelaskan kegiatan-kegiatan tersebut.
5. Melalui kecerdasan musikal
Berbeda lagi anak-anak dengan kecerdasan musikal, mereka senang sekali mendengarkan musik. Seorang yang memiliki kecerdasan musikal dapat bersyukur dan memuji Tuhan “hanya” dengan memainkan alat musiknya selama berjam-jam lamanya.
Tidak heran ada seorang yang memiliki kecerdasan musikal dan tidak betah di sebuah ibadah karena paduan suara atau pemusiknya keliru membunyikan suara yang seharusnya indah dan harmonis. Tentu saja orangtua membutuhkan usaha tambahan untuk mencari lagu-lagu rohani atau instrumental yang mendukung anak mengenal kasih Kristus sebab dengan cara itulah mereka belajar tentang kasih sejati yang menyelamatkan mereka. Bukan hanya itu saja, anak-anak yang memiliki kecerdasan musikal, dapat menangis haru saat menyanyikan sebuah lagu yang memiliki kata-kata yang menyentuh. Tentu saja dibutuhkan kuasa Roh Kudus dalam hal ini namun demikian, memilihkan lagu dan menyanyikan lagu-lagu yang memotivasi anak untuk memahami, menyadari dan memuji kebesaran Tuhan adalah tugas kita sebagai orangtua.
6. Melalui kecerdasan interpersonal
Anak-anak dengan kecerdasan interpersonal mampu memahami orang lain. Secara teori, anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi ditandai dengan sensitivitas mereka terhadap suasana hati orang lain, perasaan, temperamen serta motivasi orang lain. Anak dengan kecerdasan interpersonal juga mampu bekerja sama di dalam kelompoknya. Menurut Gardner dalam, Bagaimana Apakah Anak Pintar: Multiple Intelligences di dalam Kelas, anak interpersonal sering disalahartikan menjadi anak yang ekstrover. Padahal tidak selalu begitu. Hanya saja anak Anda yang memiliki kecerdasan Interpersonal, mampu berkomunikasi secara efektif dan mudah berempati dengan orang lain. Untuk anak-anak seperti ini, berdiskusilah dengan mereka membahas perasaan Yesus, karakter Yesus atau tindakan-tindakan para pengikut Yesus yang mengalami kasih Allah dalam hidupnya. Mereka mudah ingat dan tersentuh juga akan kisah-kisah orang yang memberi hidup bagi kemanusiaan atau bagi Tuhan. Dengan cara mendiskusikan tokoh-tokoh itu dan mengkaitkannya dengan hidup anak, anak akan termotivasi dan belajar menyelami kasih Kristus dalam hidupnya.
Membandingkan dengan kehidupan orang lain, juga adalah cara yang mudah dipahami anak-anak interpersonal. Namun tetap saja di atas semua itu kita membutuhkan kuasa Roh Kudus agar anak-anak mengalami pengalaman perjumpaan dengan Kristus dengan sungguh-sungguh.
7. Melalui kecerdasan intrapersonal
Anak-anak intrapersonal memiliki kapasitas reflektif diri. Jika mereka diberi sebuah bahan renungan dan diminta untuk berdiam diri, mereka dapat memahami secara mendalam tentang dirinya, kekuatan / kelemahannya, atau apa yang membuat dia menjadi unik. Menyediakan kertas agar mereka isi sebagai hasil refleksinya, adalah cara yang membantu mereka juga berkaca akan identitasnya sebagai orang berdosa, orang yang dikasihi dan orang yang dipanggil Tuhan untuk mengasihi sesama.
Anak-anak ini lebih suka mengamati daripada berdiskusi namun ia akan “berdiskusi” dengan dirinya sendiri untuk menemukan sebuah perenungan mendalam mengenai arti hidup dan hal-hal yang berkaitan dengan hidup. Tentu saja orangtua perlu mengarahkan anak-anak intrapersonal sehingga gambaran dirinya menjadi utuh. Satu dua kalimat dari orangtua dapat menjadi referensi bagi dirinya untuk merenungkan sendiri apa yang terbaik, yang akan disimpan dan dijadikannya pegangan dalam hidup.
8. Melalui kecerdasan Naturalis
Anak-anak dengan kecerdasan naturalis akan menemukan kasih Tuhan melalui aliran air, awan biru atau di puncak gunung yang tinggi. Mereka seakan melihat Allah menggambar itu semua untuk dirinya. Kasih Kristus yang umum dapat segera mereka tangkap jika mereka diberi kesempatan untuk menikmati alam. Mal atau tempat hiburan buatan manusia, akan “melumpuhkan” kepekaan anak untuk menikmati apa yang Tuhan beri dalam hidupnya.
Itu sebabnya, orangtua perlu sesering mungkin membawa anak dengan kecerdasan naturalis ke alam terbuka dan indah. Sehingga mereka menemukan Tuhan disitu. Sekaligus saat mereka menikmati pemandangan yang indah, mereka mendengar dari orangtuanya mengenai kisah kasih Allah secara khusus melalui Kristus. Hal itu tentu melengkapi pengalaman mereka berjumpa dengan Kristus yang mengasihi mereka.
Pertanyaannya, kecerdasan apa yang dimiliki oleh orangtua? Mari kita bantu anak-anak kita menemukan kasih Kristus yang sejati sehingga dengan kasih itu mereka diberi kemampuan untuk berkarya, mengasihi dan mengampuni. Tuhan memberkati!
| Pdt. Riani Josaphine
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.