Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. (Kej. 33:4)
“Apa? Kakia mau datang?” Lara berseru. “Pasti ia mau pinjam uang. Yang dulu saja belum ia kembalikan, sekarang dia mau pinjam lagi. Pa, pokoknya kalau dia mau pinjam uang lagi, jangan dikasih!” Lanjut Lara. Kakia adalah adik ipar Lara. Dulu, Kakia memang sering meminjam uang, tapi itu sudah lama sekali. Kali ini, Kakia datang untuk maksud yang lain, namun Lara terlanjur berprasangka buruk terhadapnya.
Pernahkah Saudara berjumpa dengan orang-orang yang mudah berprasangka seperti Lara? Bolehkah orang beriman berprasangka terhadap sesama? Firman Tuhan dengan jelas mengatakan tidak. Kita tidak boleh berprasangka. Yakub, anak Ishak, hampir separuh hidupnya menganggap Esau, kakaknya, sebagai seorang pendendam yang siap membunuhnya kapan saja. Tidak hanya itu, Yakub juga menganggap kakaknya tak punya belas kasih. Prasangka buruk tersebut mengganggu Yakub. Makin dekat Yakub ke tanah kelahirannya, makin kuat prasangka buruk Yakub terhadap Esau dan makin ketakutanlah dia. Namun, ternyata, Esau datang memeluk dan menciumnya. Semua prasangka Yakub pun lenyap. Esau sudah berubah. Esau sudah mengampuninya. Yakub pun belajar untuk tidak berprasangka buruk terhadap sesama.
Kisah Yakub dan Esau hari ini, kiranya mendorong kita untuk belajar melihat dan memperlakukan orang lain tanpa prasangka buruk. Jangan sampai prasangka menghancurkan iman dan persaudaraan. [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
REFLEKSI:
Prasangka melukai dan menghancurkan jiwa, tetapi kasih memulihkan.
Ayat Pendukung: Mzm. 139:13-18; Kej. 33:1-17; Gal. 4:21—5:1
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.