Bapak Pdt. Yang Terhormat, Dalam beberapa tahun terakhir ini, saya mendengar khotbah- khotbah pendeta emeritus GKI yang mengklaim bahwa mereka adalah indigo. Mereka mengajak jemaat yang indigo untuk bergabung bersama mereka guna mengasah kepekaan dan meningkatkan kemampuan indigo. Pendeta yang pertama mempunyai anak indigo. Kemudian ia mulai mengumpulkan anak-anak indigo dan melatih mereka untuk menggunakan kemampuan pikiran, contohnya memindahkan pensil tanpa menyentuh pensilnya. Sedangkan pendeta yang lain mengajak jemaat indigo untuk ikut dalam pelayanan mengusir setan. Sederet Firman Tuhan digunakan sebagai alasan pembenaran. Mohon penjelasan tentang sikap GKI mengenai hal ini. Atas pencerahannya saya ucapkan banyak terima kasih. (Widya)
Jawab: Saudara Widya, Belum ada penelitian ilmiah yang bisa menjelaskan tentang apakah indigo itu. Biasanya, indigo dipakai untuk mengategorikan seseorang yang berkemampuan khusus. Namun dari ciri-ciri indigo yang bisa dihimpun, tampaknya kita semua dalam satu dua hal dapat juga dikategorikan sebagai indigo. Apapun itu, jika seseorang lahir dengan sebuah kemampuan khusus, kita harus meyakini bahwa kemampuan khusus itu berasal dari Tuhan. Apakah harus dikembangkan atau diabaikan saja ya amat tergantung dari pilihan orang itu. Pada dasarnya Tuhan memberikan kepada kita banyak kemampuan yang bisa dikembangkan, tetapi pada akhirnya kita memang harus memilih mana yang akan kita kembangkan.
Nah, bagaimana sikap GKI jika ada pendeta (emeritus?) yang secara khusus mengumpulkan dan melatih orang yang dikategorikan indigo untuk mengembangkan bakat/kemampuan khusus yang dimilikinya? Bagi saya ya boleh-boleh saja, tetapi apakah itu membawa manfaat buat seluruh jemaat? Rasul Paulus punya kemampuan khusus (karunia bahasa roh) tetapi dalam pertemuan jemaat ia lebih memilih untuk berkata-kata dengan bahasa manusia, untuk mengajar (1 Kor. 14:18-19). Nah, asas ‘kegunaan/ manfaat’ inilah yang harus menjadi dasar pertimbangan. Jika yang dilakukan sang pendeta tadi membawa manfaat buat banyak orang ya ada baiknya malahan diprogramkan oleh gereja. Jika tidak membawa manfaat buat banyak orang atau malahan menjadi batu sandungan, ya buat apa dilakukan? Itu jawaban saya, semoga membantu.•
|| PDT. RUDIANTO DJAJAKARTIKA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.