“Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Luk. 7:7)
Tak seorang pun dapat melihat kadar iman orang lain. Namun, kita bisa melihatnya dalam perilaku hidup. Iman memengaruhi perilaku hidup seseorang. Iman yang baik tentu saja akan membuahkan ucapan, karakter dan tindakan yang berkualitas. Iman seseorang tidak ditentukan seberapa dekatnya dia dengan sumber iman itu. Bisa jadi orang yang begitu dekat dengan kitab suci dan pelayanan di gereja tidak memiliki kualitas iman yang baik. Ia senang bergosip, pendendam, sulit memahami orang lain dan arogan.
Sang perwira yang adalah orang kafir menunjukkan sikap iman positif terhadap Yesus. Ia percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan hambanya yang sedang sakit. Namun, ia menyadari dirinya bukan orang Yahudi. Karena itu, ia meminta bantuan tua- tua Yahudi untuk menyampaikan permintaannya kepada Yesus. Ketika Yesus sedang menuju ke rumahnya, datanglah utusan yang menyampaikan bahwa perwira itu tidak pantas menerima Yesus di rumahnya. Pesannya, “Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (ay. 7).
Bagi Perwira ini, ucapan Yesus sama dengan kehadiran-Nya. Ia menyadari ketidakpantasannya untuk menerima Yesus. Namun, ia yakin bahwa Yesus sanggup menyembuhkan hambanya. Ketulusannya dalam membantu orang-orang Yahudi membangun sarana ibadah dan kepedulian terhadap hambanya yang sakit adalah indikasi kualitas imannya. Maka, tidaklah heran kalau Yesus memuji iman sang perwira. [Pdt. Nanang]
REFLEKSI:
Kedekatan kita dengan sumber iman, seharusnya membuat iman kita semakin berkualitas.
Ayat Pendukung: Mzm. 121; Yes. 51:4-8; Luk. 7:1-10
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.