IA Diam di Antara Kita

IA Diam di Antara Kita

Belum ada komentar 600 Views

Kerap kita ucapkan harapan dan doa kita bagi orang lain dengan kata-kata ini: “Kiranya Tuhan menyertaimu…” Tentunya indah dan pasti tidak keliru harapan seperti ini. Pada lembar uang Dollar Amerika tertera harapan yang sama: “God be with us.” Ia mau mengingatkan para penggunanya untuk menggantungkan hidup pada Tuhan bukan semata pada uang. Atau agar tidak terjatuh dalam perangkap ketamakan. Bahkan konon salah satu moto “perang salib” adalah: “Imanuel”. Janji penyertaan Tuhan diharapkan menjadi pendorong dan penyemangat, bahkan jaminan untuk memenangkan perang membela Tuhan.

Namun berita kedatangan sang Kristus dalam Injil Yohanes berbunyi sedikit berbeda: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita…” (Yoh. 1:14). Ini adalah berita, bahkan penegasan, bukan sekadar harapan atau doa. Ia, sang Firman yang telah menjadi manusia, berkenan diam di antara kita. Sang Kristus berada, bahkan tinggal, di tengah kita manusia, di dunia kita yang carut-marut saat ini. Apakah lalu artinya ini?

Pertama-tama, Kristus adalah Tuhan yang berkenan diam atau tinggal di antara kita. Ia bukanlah bagaikan seorang pejabat pemerintah yang secara inkognito datang berkunjung. Ia ikut duduk, makan, bahkan untuk sementara tinggal bersama rakyatnya, tetapi setelah acara usai, ia kembali ke rumah dan kehidupannya semula yang indah dan mewah. Tuhan tidaklah seperti itu. Ia adalah sang Kristus yang sungguh-sungguh berkenan menetap di antara kita.

Itu berarti Ia berkenan untuk mengalami kehidupan ini bersama dengan kita di dunia kita. Ia berkenan menjalani pasang-surut hidup yang berat dan terkadang kejam ini. Ia adalah Tuhan yang berkenan menjadi bagian dari sejarah kemanusiaan dan hidup keluarga bahkan pribadi kita. Atau seperti yang digambarkan dengan amat indah dalam Mazmur 139, Ia adalah Tuhan yang meliputi kita, yang mengetahui entah kita duduk atau berdiri, mengenal pikiran kita, bahkan berada di belakang dan di depan kita.

Oleh karena itu kehadiran-Nya di tengah kita bukanlah sekadar “jaminan hidup” yang dijanjikan kepada kita untuk kemudian kita putuskan sendiri apakah kita akan memeganginya atau mengabaikannya. Ia datang ke dalam hidup kita dengan kasih-Nya, agar kita hidup dalam Dia dan dalam kasih-Nya. Ia ada di tengah kita agar hidup kita terjadi dalam realita hidup-Nya, serta dicirikan oleh realita kasih-Nya.

Itu sebabnya, hal berikut yang juga mesti kita cermati adalah bahwa kehadiran sang Kristus di tengah kita adalah kehadiran yang nyata, bukan sekadar ilusi. Dengan sangat mengharukan Yohanes menggambarkannya dalam 1 Yoh. 1:1, “Apa yang ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”

Dalam penjelasan yang ringkas-padat itu, Kristus adalah Allah yang mestinya kita dengar, lihat dan raba. Pada Yohanes apa yang dialaminya bersama sang Firman hidup itu tak dapat membuatnya berdiam diri. Ia menuliskannya agar para pembacanya juga dapat mendengar, melihat dan meraba sendiri pengalaman bersama Kristus itu. Sebab untuk itulah Kristus lahir, atau tepatnya untuk itulah Kristus hadir di tengah kita, bahkan hingga saat ini! Yaitu agar kita mendengar, melihat, dan meraba sendiri Ia yang hadir di tengah kita!

Inilah seharusnya hakikat perayaan Natal kita. Kita bukan sekadar merayakan kelahiran Kristus, melainkan merayakan kehadiran-Nya! Dan kita rayakan itu seyogyanya dengan telinga, mata, dan tangan kita! Dan inilah yang seharusnya menjadi sumber kekuatan kita untuk berjalan ke depan dalam hidup ini, dengan segala pasang-surutnya.

Kita tak tahu apa yang akan kita hadapi dalam tahun 2012 yang kita jelang. Bila kita hanya merenungi berbagai masalah, peristiwa bahkan malapetaka yang terjadi di sepanjang tahun 2011 yang sebentar lagi berlalu, niscaya kita akan murung bahkan pesimistik. Oleh karena itu marilah kita merenungi dan memegangi berita tentang kedatangan sang Kristus dalam Yohanes 1 ini.

Ia adalah Tuhan yang berkenan diam di antara kita, di dunia kita, di tengah keluarga dan hidup pribadi kita. Ia bukanlah sekadar jaminan atau jimat, untuk sekadar kita pegangi atau kita abaikan. IA ada di tengah kita bukan sekadar wacana atau janji. Sebaliknya kehadiran-Nya adalah fakta yang bisa kita dengar, lihat dan raba dalam hidup kita. Dengan ini niscaya kita bukan hanya punya kekuatan ekstra menghadapi apapun yang bakal terjadi di tahun 2012, melainkan berjuang mengubah apapun yang bisa dan mesti diubah dalam realita kehadiran-Nya, yang bermaksud untuk membarui segala sesuatu dalam terang kasih Allah.    

Pdt. Purboyo W. Susilaradeya

 

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...