Aku sangat bersukacita karena mendapati bahwa sebagian dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa. (2 Yoh. 1:4)
Sepasang orang tua sangat bangga dengan keberhasilan anaknya bisa menyelesaikan studi S2 di negeri orang. Itu untuk kali pertama anaknya hidup mandiri, lepas dari orang tua. Sebelumnya, anak tersebut tinggal bersama dengan orang tuanya. Awalnya, sang orang tua tidak terlalu yakin untuk dapat melepas anaknya pergi merantau guna menempuh studi lanjut. Namun, dengan kebesaran hati, mereka melepas anaknya itu. Ternyata sang anak membalas kepercayaan orang tuanya dengan bukti, bahwa ia bisa menyelesaikan studinya tepat waktu, bahkan berprestasi.
Surat 2 Yohanes ditulis oleh seseorang yang menyebut dirinya penatua dan ditujukan kepada pihak yang disebut dengan ibu. Istilah ‘ibu’ di sini menunjuk kepada sebuah jemaat. Jemaat ini diberi apresiasi yang tinggi, sebab separuh dari warga jemaat hidup dalam kebenaran sesuai dengan firman Tuhan, yakni: mereka hidup di dalam kasih. Sang penatua mendorong agar jemaat ini teguh bertekun dalam mempraktikkan kasih, sebab mereka berhadapan dengan aneka pengajaran yang berusaha menggiring mereka beralih dari perintah Tuhan.
Jikalau ada seseorang yang mengevaluasi diri kita, apakah ia akan bangga tatkala menjumpai diri kita? Apakah ada kualitas yang bisa kita tunjukkan – sama seperti anak pemuda yang berhasil menyelesaikan studi S2 di atas, atau seperti jemaat yang disapa oleh sang penatua? Marilah kita hidup dalam kebenaran, sebab dengan begitu kita mengasah kualitas hidup kita. [Pdt. Natanael Setiadi]
DOA:
Ya Tuhan, mampukanlah saya untuk hidup dalam kebenaran, sehingga orang lain bangga dengan apa yang saya tunjukkan. Amin.
Ayat Pendukung: Hos. 5:15-6:6; Mzm. 150; 2 Yoh. 1:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.