Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain? Yohanes Pembaptis ingin memperoleh jawaban dan penegasan langsung dari Yesus agar keragu-raguannya tidak terus mengambang.
Bagaimana kita menantikan Allah? Kita menantikan dengan sabar. Tetapi sabar bukanlah sikap pasif. Menanti dengan sabar tidak sama dengan menanti datangnya bus, redanya hujan, atau terbitnya matahari. Seperti yang dilakukan oleh Yohanes, sikap kita dalam menanti Tuhan Yesus dilakukan secara aktif, artinya kita menghayati saat sekarang secara penuh agar dapat menemukan tanda-tanda kedatangan Dia yang kita nantikan.
Kata “sabar” menerjemahkan kata latin patior yang berarti “menderita”. Menanti dengan sabar berarti menderita dalam masa sekarang ini, tetapi sekaligus juga berarti memberi perhatian terhadap apa saja yang terjadi di depan mata. Dalam peristiwa-peristiwa musibah, bencana dan bahkan ketidak adilan, kecerobohan, kesewenang-wenangan yang kita alami saat ini, masihkah kita dimampukan melihat berkas-berkas cahaya kemuliaan Allah yang hadir dalam kehidupan kita ?
Hati yang sabar dalam menanti kehadiran Allah mencakup perasaan gembira dan berharap. Tanpa harapan, penantian kita dengan mudah dapat terjerat pada masa kini. Kalau kita menanti dengan berharap, kita tetap dapat setia kepada Tuhan. Mungkin saja masih banyak pertanyaan yang tidak terjawab seluruhnya, sebab misteri Allah yang kita jumpai dalam kehidupan ini tidak seluruhnya mampu kita pahami. Meskipun demikian, kita harus tetap yakin akan penyertaanNya.
Kegembiraan dan harapan akan kedatangan Tuhan inilah yang memberikan daya hidup kepada kita. Harapan akan terpenuhinya janji Allah bagi kita inilah yang membuat kita mampu memberi perhatian penuh pada jalan yang kita tapaki.
(TT)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.