Setelah beberapa pasal sebelumnya Paulus menyurati jemaat di Roma dan mengajar mereka bahwa mereka yang beriman, mengakui Yesus adalah Tuhan, percaya dalam hatinya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka umat akan diselamatkan. Bukan semata-mata mentaati Hukum Taurat lah yang akan menyelamatkan kita, melainkan juga iman kita kepada Allah yang telah membenarkan dan menebus dosa kita di atas kayu salib.
Dalam bagian suratnya yang kita baca hari ini, Paulus menasihati umat untuk mempersembahkan hidup mereka yang kudus dan yang berkenan kepada Allah sebagai ibadah yang sejati. Persembahan ini bukan dimaksudkan sebagai alat tukar untuk mendapatkan keselamatan, melainkan sebagai ungkapan syukur umat atas anugerah yang telah mereka terima, keselamatan dari Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus.
Paulus juga menekankan, agar umat tidak serupa dengan dunia. Cara hidup dunia yang Paulus maksud adalah mereka yang menekankan pada ketaatan akan hukum Taurat sehingga kadang melupakan kasih, maupun mereka yang jelas-jelas menolak Yesus sebagai Juruselamat. Untuk itu, umat diajak untuk terus melakukan pembaharuan diri, akal budi, agar dapat mengetahui dan membedakan apa yang menjadi kehendak Allah dan apa yang tidak Allah kehendaki.
Tidak berhenti pada himbauan untuk mempersembahkan diri, Paulus juga menyadarkan dan mengingatkan umat bahwa setiap orang diberikan karunia yang berbeda-beda, sebagaimana kesatuan tubuh dengan berbagai organ dan fungsinya. Bukan hal yang baik jika di antara umat justru saling memperbandingkan karunia dan menganggap rendah karunia orang lain maupun sebaliknya. Lebih dari itu, Paulus ingin agar ada kesatuan dalam kehidupan umat agar mereka bisa memaksimalkan karunia yang Allah anugerahkan untuk kepentingan bersama. Tak lupa, Paulus mengingatkan bahwa hendaklah apa yang mereka lakukan, dilakukan dengan hati yang ikhlas, penuh kemurahan dan sukacita.
Umat Tuhan, gereja tidak bisa berjalan di tempat. Gereja harus terus memperbaiki dan memperbaharui diri. Terlebih di masa seperti ini. Perubahan merupakan hal yang mutlak, dan kecepatan serta ketepatan gereja dalam beradaptasi sangat diperlukan. Pendeta tidak bisa berjalan sendiri, jajaran penatua, pengurus komisi, pegiat, juga tidak bisa berjalan sendiri. Sebagaimana yang Paulus katakan, Allah telah menganugerahkan setiap orang karunia yang unik dan berbeda. Maka marilah kita, sebagai anggota-anggota tubuh Kristus, menggunakan karunia itu semaksimal mungkin untuk berkontribusi dalam pembaharuan dan pembangunan gereja. Setiap karunia berharga, jangan merasa bahwa apa yang kita miliki tidak ada artinya. Semua karunia berharga, jauhkanlah diri dari pikiran memandang orang lain dengan sebelah mata. Mari kita berjalan bersama untuk terus memberi diri bagi tubuh Kristus, itulah ibadah kita yang sejati.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.
ASC
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.