Dalam dunia modern bahkan postmodern ini terjadi proses perjumpaan lintas budaya. Barat bertemu dengan Timur. Agama-agama bertemu dalam ruang yang sama. Kadang saling bersaing, tak jarang saling memengaruhi. Dalam suasana semacam itu, terlihat jelas bagaimana manusia modern yang sudah terlalu lama menekankan pentingnya rasionalitas dan logika, ingin kembali pada kehidupan yang lebih spiritual dan cara hidup yang lebih menekankan rasa. Maka di mana-mana spiritualitas Timur laku keras. Orang mulai suka mengunjungi agama-budaya Timur untuk menemukan alternatif kehidupan yang sudah mengering. Di semua toko buku sekarang, dengan mudah kita dapat menemukan literatur yang bertumpuk mengenai praktik spiritualitas Timur ini. Mulai dari Kundalini, Ayurda, Reiki sampai dengan Feng Shui. Makalah ini secara khusus ingin menyoroti tema Feng Shui dari sudut iman Kristen.
Namun, sebelum saya memaparkan lebih spesifik apa dan bagaimana Feng Shui, ada baiknya kita menjelajah secara ringkas pandangan-dunia (world view) Timur umumnya dan Cina khususnya, karena dengan cara itu kita bisa menemukan esensi dari pemikiran dan praktif Feng Shui.
Enam Mazhab Penting Filsafat Cina
Sepanjang sejarahnya, muncul enam mazhab penting dalam filsafat Cina. Jika saya mengatakan “filsafat,” maka yang dimaksud sebenarnya adalah pandangan-hidup yang meliputi baik aspek budaya maupun agama, kultural dan religius. Dalam filsafat Cina, sama seperti dalam banyak masyarakat Timur lain, agama dan kebudayaan menyatu dan tak terpisahkan. Hal ini secara kontras berbeda dengan masyarakat Barat pasca-Pencerahan, yang memisahkan kebudayaan dan agama. Terdapat enam mazhab filsafat penting dalam masyarakat Cina. Keenamnya sering saling memengaruhi dan menggabungkan diri.
- Ju chia atau Konfusianisme atau mazhab cendekiawan
- Mo chia atau Mohisme atau mazhab cinta-kasih
- Ming chia atau mazhab nama
- Yin Yang chia atau mazhab Yin Yang
- Fa chia atau mazhab hukum
- Tao-te chia atau Taoisme atau mazhab jalan.
Sejarah dan Pengertian Dasar Feng Shui
Istilah kuno buat Feng Shui adalah Hum Yue. Hum berarti “jalan langit” (heavenly path), yang menunjuk pada tenaga-tenaga yang tak tampak. Sedangkan Yue berarti “jalan bumi” (earthly path) yang berkaitan dengan bentuk-bentuk alami bumi. Pada perkembangan selanjutnya, istilah Feng Shui barulah dipakai. Feng Shui (Hong Shui atau geomancy) berasal dari dua kata Cina, Feng (angin) dan Shui (air). Keduanya diyakini merupakan kekuatan alam yang memiliki daya terbesar.
Fung Yu Lan, seorang filsuf Cina terkenal, menggolongkan praktik Feng Shui ke dalam mazhab Yin Yang chia yang kemudian sebagian bercampur dengan Tao-te chia (Taoisme). Namun praktik Feng Shui sendiri sudah menjadi cara hidup masyarakat Cina sebelum keenam mazhab itu muncul. Peranan Yin Yang chia sebenarnya hanyalah mencoba merasionalisasikan dan menjadikan Feng Shui, yang tadinya hanya sekadar sebuah praktik hidup, akhirnya menjadi sebuah filsafat. Jadi akar Feng Shui sebenarnya harus dicari pada Seni Okultisme Cina lama.
Fung Yu Lan lebih jauh menunjukkan bahwa terdapat enam jenis Seni Okultisme Cina. Pertama adalah astrologi, yang mencoba meramalkan konstelasi 28 bintang, 5 planet, matahari dan bulan. Yang kedua adalah almanak yang mencoba mengetahui tatanan 4 musim. Ketiga adalah Seni Lima Unsur, yang mencoba mencari harmoni dalam hubungan kelima unsur dunia. Keempat adalah ramalan dengan mempergunakan kulit kura-kura atau tulang rusa. Kelima adalah cara ramalan jenis lain. Keenam adalah Feng Shui, yang mencoba mencari harmoni angin dan air. Keenam jenis ini semuanya dipergunakan demi mencari keberuntungan dan menghindari kemalangan bagi manusia.
Feng Shui secara sederhana dapat dipahami sebagai proses memanipulasi dan mengharmonisasikan aliran tenaga kehidupan universal yang tak tampak (chi) dalam lingkungan fisik seseorang, dalam hubungan dengan energi-energi yin-yang dan lima unsur (tanah, air, api, logam dan kayu). Beberapa definisi lain diberikan oleh banyak penulis:
- Praktik kehidupan yang harmonis dengan energi lingkungan sekitar yang secara alami menuntun pada seni penempatan, bukan hanya bangunan, namun semua yang ada di dalamnya (www. fengshuisociety.org.uk).
- Diawali oleh para petani sedikitnya 3.000 tahun lalu, Feng Shui adalah cara bagaimana mengharmonisasikan chi yang tak tampak dalam rangka “memaksimalkan” manfaat chi (www. geomanceronline.com).
- Sebuah seni Cina yang kuno dan kompleks yang menggabungkan mistisisme, ilmu pengetahuan dan takhyul untuk menetapkan kesehatan, keberuntungan dan kemakmuran berdasarkan dataran alam dan penempatan bangunan dan makam… Konsep dasarnya adalah bahwa untuk menjadi sehat dan makmur, seseorang harus berada dalam harmoni dengan bumi dan menerima manfaat dari chi, prinsip kehidupan universal, yang berada dalam segala sesuatu dan mengalir melalui bumi dan alam (Rosemary Ellen Guiley, Harper’s Encyclopedia of Mystical and Paranormal Experience, Edison, NJ: Castle Books, Inc., 1991, 200).
- Feng Shui adalah ilmu mengelola Yin-Yang dalam lingkungan hidup manusia” (Lilian Too, 54).
- Feng Shui adalah “peramalan terestial” yang dipakai untuk menemukan bagaimana energi mengalir dalam tanah dan untuk hidup dalam harmoni dengannya (Eva Wong, The Shambhala Guide to Taoism, Boston: Shambhala Publications, Inc., 1997, 137, 141).
Jadi jelaslah bahwa setidaknya ada tiga prinsip dasar yang perlu kita ketahui untuk memahami Feng Shui: chi, yin-yang dan lima unsur.
1. Chi: Napas Naga Bumi
Chi diyakini sebagai energi yang meliputi seluruh semesta dan seluruh eksistensi. Semua kehidupan bergantung padanya. Chi sendiri dipercaya sebagai napas dari Naga Semesta. Dalam kosmologi Cina, hubungan antara langit, bumi dan manusia amatlah penting. Hal ini tercermin dalam kategori yang membedakan antara Chi Langit, Chi Bumi dan Chi Manusia, yang masing-masing kemudian dipilah-pilah lagi. Chi Langit meliputi Chi planet dan udara. Chi Bumi meliputi Chi Alam dan buatan manusia. Chi Manusia meliputi Chi personal dan sosial.
Chi sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu Chi baik (sheng chi) dan chi jahat (sha chi). Seng chi digambarkan sebagai garis kurva, sedang sha chi digambarkan sebagai garis lurus. Karena itu dalam penerapannya, segala bentuk yang lurus harus dihindari karena mengundang sha chi. Implikasi lainnya, semakin banyak suatu tempat menyimpan sheng chi maka semakin makmurlah tempat itu dan semakin baik untuk didiami atau dipergunakan sebagai tempat usaha.
2. Yin dan Yang
Yin-Yang adalah prinsip dualisme yang mengatur seluruh alam semesta. Feng Shui seseorang baik jika Yin-Yang seimbang. Keduanya berlawanan namun harus saling melengkapi. Prinsip Yin-Yang ini termasuk salah satu prinsip paling kuno, karena terdapat dalam buku terkuno China, I Ching (Kitab Perubahan).
Dalam I Ching, kedua prinsip ini disistematisasikan dan dikomposisikan sedemikian rupa demi mengetahui proses perubahan kehidupan manusia dan karenanya sering dipakai juga untuk meramalkan kehidupan manusia. I Ching secara umum memakai pola trigram (bagan serba tiga). Setiap trigram terdiri dari tiga buah garis yang merupakan pilihan dari dua bentuk baris utama, yaitu garis Yin (–– ––) dan garis Yang (––––––). Kombinasi keduanya membentuk sebuah trigram yang kemudian memberi kemungkinan munculnya delapan pilihan. Lengkapnya adalah sebagai berikut.
3. Lima unsur
Lima unsur (wu hsing) dipahami sebagai lima energi dinamis yang menguasai alam semesta. Tak satupun keberadaan yang terlepas dari kelima unsur ini. Kelimanya adalah air, api, kayu, logam dan tanah. Mazhab Yin Yang memahami bahwa kelima unsur ini bertalian erat dengan perilaku manusia, khususnya penguasa. Hal ini ditentukan dari hubungan kelima unsur. Hubungan yang keliru akan menghasilkan kekacauan, hubungan yang baik akan memunculkan kebaikan.
Kayu (mu, sang pionir) (bentuk empat persegi panjang dan tegak) (hijau dan biru) (musim semi, awal Februari sampai awal Mei) (pekerjaan kreatif, menulis, memotret, melukis, musik, desainer) (perlu ada sudut tenang dalam rumah untuk mencipta)
Api (huo, si penyihir) (bentuk segitiga, bergerigi) (merah dan ungu) (musim panas, antara bulan Mei dan awal Agustus) (pekerjaan yang melibatkan api, matematis, numeris, akuntan, teknologi, elektronika) (rumah yang hangat, cocok menerima tamu)
Tanah (t’u, si diplomat) (bentuk datar) (coklat, kuning dan jingga) (akhir musim panas dan seluruh musim, awal Agustus) (pekerjaan amal, perawat, konstruksi)
Logam (chin, katalisator) (bulat atau oval) (putih, kelabu, perak dan sejenisnya) (musim gugur, Agustus sampai dengan awal November) (pekerjaan yang menekankan kerapian dan organisasi, polisi, hukum) (perlu ruang dalam rumah untuk kontemplasi).
Air (shui, ahli filsafat) (bentuk gelombang) (warna gelap – hitam, biru tua dan sejenisnya) (musim dingin, awal November dan awal Februari) (semua pekerjaan yang melibatkan air, transportasi, komunikasi) (perlu tempat yang tenang)
Sekitar tahun 300 M, praktik Feng Shui terpisah menjadi dua aliran utama, yaitu Aliran Bentuk dan Aliran Kompas (Fukien). Perbedaan ini muncul karena perbedaan struktur geografis di mana Feng Shui dipergunakan. Aliran Bentuk lebih mengutamakan bentuk dan struktur tanah, sedang Aliran Kompas lebih mengutamakan pemakaian I Ching, lima unsur dan astrologi. Astrologi yang dipergunakan ini kemudian muncul dalam bentuk numerologi untuk mencari hari-hari dan tanggal-tanggal yang baik bagi pelaksanaan sebuah pekerjaan (misalnya, menikah). Praktik ini secara umum dikenal dengan sebutan kwamia.
Refleksi
Tak tersedia cukup banyak waktu bagi saya untuk memaparkan detil pemakaian Feng Shui. Yang pasti praktik ini sudah merambah begitu banyak bidang hidup. Salah satu percampuran Barat dan Timur yang paling “sukses” muncul dalam dunia bisnis. Cukup mengherankan bahwa dunia bisnis yang semestinya mengandaikan rasionalisasi yang logis, kini malah dimasuki oleh praktik Feng Shui yang nota bene bersifat mistis dan intuitif. Cukuplah kali ini saya memaparkan beberapa pokok reflektif dari sudut iman Kristen.
1. Sama seperti agama-budaya Timur lain, Feng Shui menempatkan alam sebagai pusat perhatian (kosmosentrisme). Hal ini berlawanan dengan budaya barat yang amat menekankan manusia (antroposentrisme) atau kekristenan yang menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan (teosentrisme). Di sini akar dari semua refleksi kita perlu diletakkan. Kosmosentrisme di satu sisi memang membuat manusia menghargai alam. Dan hal inilah yang harus diakui makin jarang muncul dalam wacana kekristenan. Namun di sisi lain, implikasinya, manusia kemudian amat bergantung dan dikuasai oleh alam. Baik-buruknya kehidupan lantas dipengaruhi oleh seberapa jauh keharmonisan manusia dengan tenaga alam. Padahal di dalam kekristenan semua yang terjadi dalam hidup manusia tidak terlepas dari pemeliharaan (providensia) Allah. Jadi sebenarnya Feng Shui menunjukkan inkompatibilitas dengan kekristenan secara khusus dalam dua aspek:
- a. Sumber hidup ciptaan. Feng Shui mengakui bahwa sumber kehidupan terletak pada alam itu sendiri, sedangkan kekristenan mengakui Allah sebagai awal, sumber dan Sang Pencipta.
- b. Proses hidup ciptaan. Feng Shui mengakui bahwa baik-buruknya proses kehidupan ditentukan dari keselarasan kita dengan alam, sedangkan kekristenan mengakui bahwa Allahlah yang mengelola dan memelihara seluruh proses kehidupan ciptaan. [Mazmur 124:8]
2. Apa yang cukup menonjol dalam Feng Shui adalah keinginan untuk hidup sehat dan makmur. Ukuran keberhasilan hidup ditentukan dari hal-hal material tersebut. Di dalam kekristenan, manusia diundang untuk melampaui hal-hal material itu dan menemukan kebahagiaan rohani. [Matius 6:33]
3. Dalam Feng Shui dan astrologi, masa depan ditentukan oleh sebuah hukum (alam) yang bahkan menentukan takdir manusia. Di dalam kekristenan konsep takdir ditolak karena masa depan berada di tangan Allah, yang pada akhirnya berkenan merancang dan memberikan kebaikan kepada manusia. [Yeremia 29:11; Roma 8:28]
4. Allah yang dikenal dalam kekristenan adalah Allah yang personal, sedangkan dalam Feng Shui, kuasa itu dikenal secara impersonal.
5. Berkaitan dengan ramalan yang dilakukan dalam Feng Shui maupun tradisi lain (misalnya, budaya Babilonia yang melahirkan praktik horoskop masa kini), amat penting buat kita meyakini bahwa masa depan berada di tangan Tuhan. Ia adalah Allah masa lalu, masa kini dan masa depan. [Matius 6:34]. Bukan hanya itu, Alkitab secara tegas melarang orang Kristen melakukan praktik ramalan, karena dengan demikian manusia lebih memercayai hasil ramalan ketimbang Allah sendiri [Ulangan 18:10-12; 2 Raja 17: 17; Kisah 16:16-18].
Joas Adiprasetya
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.