Facing The Giant

Facing The Giant

Belum ada komentar 439 Views

Facing The Giant Film ini berkisah tentang Grant Taylor, seorang pelatih tim football, yang tidak pernah membawa timnya meraih kemenangan selama 6 tahun kariernya. Kekalahan itu menjadi momok baginya. Kekalahan itu juga mengancam dirinya, karena pihak orangtua murid dan sekolah mendiskusikan agar ia dipecat. Namun dalam keadaan itu, Tuhan menyapanya dan memberikan kekuatan baru kepadanya. Ia harus menerima keadaan itu dan mulai berjuang, bukan untuk menang, tetapi memberikan yang terbaik dan pantang menyerah. Pokoknya melakukan terbaik yang dapat dilakukan. Jangan pikirkan kekalahan yang lalu. Terimalah itu! Jangan buat kekalahan yang lalu menjadi hantu dan monster yang menakutkan. Akhirnya, Grant Taylor dan timnya mampu berdamai dan menerima keadaan. Mereka bermain lebih lepas dan menarik, dan mampu meraih kemenangan yang diimpikan. Satu kalimat yang menarik dari film ini adalah, “Saat beban berat itu hadir, kamu hanya perlu terus berjalan.”

Pdt. Rudianto, dalam percakapan sederhana di sebuah pertemuan, pernah menyampaikan bahwa setiap orang punya monsternya masingmasing (baca: giant). Monster adalah trauma dan kecemasan—bahkan depresi yang berkepanjangan—yang lahir karena luka-luka di masa lalu, baik di keluarga maupun dalam ruang relasi dengan sesama dan diri sendiri. Ada banyak orang yang berhasil menerima diri, dan ada yang gagal. Ada yang berujung pada pemulihan, dan ada yang tetap meradang sampai akhir hayatnya.

Memang tidak mudah menghadapi monster ini. Kita bisa dibantu oleh tahapan duka dari Kubler-Ross untuk melihat proses bagaimana seseorang menghadapi monsternya. Saat monster itu datang, seseorang akan cenderung memulai tahapan dengan denial (penolakan) dan anger (kemarahan). Pada tahapan terendah, ia akan merasakan tekanan stres yang tinggi. Barulah perlahan-lahan, ketika ia mulai mampu lebih tenang, ia akan mulai bargain (tawar-menawar) lain untuk menemukan dan membantu perjalanannya. Kadangkala bantuan profesional juga perlu diperhatikan, selain dukungan rohani dari para imam.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara sudah berdamai dengan monster-monster dalam hidupmu? Bagaimana Saudara mengelola kehadiran monster itu? Berhasilkah Saudara mengendalikannya? Mari menggumuli giant kita, menemukannya, dan mengelolanya. Kasih Allah beserta!•

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...