Ketika Yesus bertanya: “menurut katamu siapakah aku ini ?” Petrus menjawab:” Engkau adalah Mesias.” (artinya sang Pembebas, sang Juru Slamat). Jawaban Petrus ini mungkin mewakili keberadaan teman-temannya yang mempunyai pengalaman hidup bersama Yesus, sedangkan orang-orang yang mengatakan Yesus itu Yohanes Pembaptis, atau Elia atau seorang dari para nabi, punya pengalaman yang berbeda lagi.
Murid-murid Yesus yang setiap hari bersama dengan Dia, mengenal apa yang Dia lakukan, ketika ia melakukan mukjizat, cara Dia menghadapi para pemimpin agama, visi yang Ia sering kemukakan, mengenal pribadi Yesus jauh lebih dekat daripada orang-orang yang berkerumun nonton Yesus. Bagi para murid, Yesus bukan sekedar Elia atau Yohanes pembaptis, karena ada sesuatu yang mereka alami ketika bersama dengan Yesus.
Jawaban ini dari zaman ke zaman terus mengalami reinterpretasi. Gereja awal memberikan jawaban klasik, siapakah Yesus Kristus, Dia adalah Allah yang sejati dan manusia yang sejati. Jadi jika kita coba memahami jawaban zaman Petrus sampai pada jawaban konsili gereja di Calcedon, ada perkembangan yang besar. Pertanyaannya, mengapa gereja tidak mengulangi saja jawaban Petrus ? Ini menunjukkan bahwa pengenalan akan Yesus merupakan sebuah proses yang dinamis. Pengenalan akan Kristus, siapakah Kristus mengalami perkembangan yang terus menerus.
Begitu juga bagi kita, siapakah sosok Yesus dalam era globalisasi ini, mungkin akan ada jawaban yang bermacam-macam bahkan berbeda-beda dari generasi yang satu ke generasi yang lain. Jawaban apapun itu hendaknya tidak menjadi pagar yang membatasi, melainkan undangan bagi kita untuk terus secara kreatif menjawab pertanyaan itu. Siapakah Yesus bagi Anda dan Saya, marilah kita renungkan bersama.
(TT)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.