Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku dipermalukan; janganlah musuhku bersorak-sorai mengolok aku. (Mazmur 25:2)
Setiap orang memiliki harga diri. Ketika harga diri itu direndahkan, seseorang akan merasa dipermalukan. Marah atau membalas perilaku yang memalukan adalah respons yang bisa dipahami, meskipun tidak selalu dibenarkan. Harga diri adalah sesuatu yang bernilai luhur dan harus dijaga serta dipertahankan. Namun, ada juga orang yang melacurkan harga diri, rela berbuat apa saja demi keuntungan pribadi.
Mengikut Tuhan juga berarti mempertaruhkan harga diri. Ada orang yang tidak suka melihat perilaku pengikut Tuhan, lalu mencibir, mengolok-olok, dan mempermalukan mereka. Pemazmur juga mengalami hal tersebut, tetapi ia tidak berhenti pada perasaan dipermalukan. Pemazmur membangun iman dan keyakinan bahwa orang yang menantikan TUHAN tidak akan dipermalukan. Namun, pemazmur juga sadar bahwa orang yang takut pada TUHAN bisa dicemooh akibat perbuatan buruknya. Karena itu, pemazmur memohon agar dosa masa muda tidak diingat oleh TUHAN dan bertekad untuk hidup sesuai hukum-Nya.
Tidak ada seorang pun yang suka harga dirinya diinjak- injak atau dipermalukan. Sekuat tenaga, harga diri itu akan dijaga dan dibela. Sejalan dengan itu, kita perlu mawas diri, agar perilaku kita tidak merendahkan harga diri kita. Sikap pemazmur menjadi sebuah perenungan penting. Kalau kita enggan dipermalukan, tunjukkan bahwa diri kita layak untuk dihormati. [Pdt. Natanael Setiadi]
REFLEKSI:
Kehormatan bukanlah pemberian cuma-cuma. Ia diraih lewat serangkaian tindakan luhur yang nyata dan membangun.
Ayat Pendukung: Kej. 41:14-36; Mzm. 25:1-10; Yak. 2:14-26
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.