EKSISTENSI YANG TIDAK DISERTAI PERCAYA DIRI
Malam minggu pada suatu lokasi food court perbelanjaan di ibukota, tampak sekumpulan anak remaja belasan tahun menikmati kebersamaan dengan anak-anak remaja lainnya. Obrolan-obrolan ringan disertai canda tawa dan ejekan terdengar dalam percakapan khas remaja tersebut. Sebagian besar dari mereka perempuan, di mana semua tampak memakai behel*), memiliki gaya rambut belah tengah, dan memegang Blackberry dalam genggaman tangannya masing-masing.
Salah seorang teman sekolah mereka yang ada di meja tersebut memiliki penampilan yang berbeda. Alat komunikasinya bukan Smartphone bermerk Blackberry walaupun harga pembeliannya masih dapat dibilang mahal. Dia tidak memakai dan model rambutnya bukan belah tengah. Saat itu, ia merasa minder dengan penampilannya. Saat pulang ke rumah, ia merengek kepada orangtuanya minta dibelikan blackberry. Tidak cukup sampai di situ, ia merasa ada yang salah dengan keindahan susunan gigi-gigi dalam rahang mulutnya (sebelumnya tidak ada keluhan). Akhirnya, sang ibu merogoh kocek kembali untuk memasangkan anak perempuannya , tentu dengan warna yang menarik. Tidak lupa, anak tersebut mengubah gaya rambutnya menjadi belah tengah. Sang remaja perempuan ini kembali merasa terlahir kembali sebagai remaja ‘eksis’, dan dengan penuh percaya diri ia kembali berkumpul dengan teman-temannya.
Ilustrasi tersebut menjelaskan, betapa eksistensi di dalam dunia remaja sangat ditonjolkan melalui penampilan dan lifestyle yang berlebihan. Tidak hanya 3 elemen di atas (Blackberry, Belah Tengah, Behel) yang wajib dimiliki dan mampu mengecewakan sekelompok remaja apabila mereka tidak memilikinya. Elemen-elemen lain seperti memiliki Bo’il (mobil), berbicara kotor, dan menghisap Blackmenthol atau jenis lain (rokok) menjadi suatu standar tertentu dalam upaya sekelompok remaja laki-laki dan perempuan menancapkan tiang eksistensi di tengah komunitasnya. Remaja cenderung labil (mudah terombang-ambing), ikut-ikutan gaya teman, rentan dipengaruhi orang, dan tidak bangga untuk menjadi dirinya sendiri.
EKSISTENSI, DEFINISI DAN BENTUKNYA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eksistensi dapat diartikan sebagai keberadaan. Manusia sangat perlu untuk menunjukkan eksistensi dirinya sendiri di dalam masyarakat mengingat adanya ketergantungan manusia terhadap makhluk hidup yang lain. Eksistensi diperlukan untuk bertahan hidup, dan upaya untuk mewujudkannya berubah dari zaman ke zaman. Rentang umur seseorang pun mempengaruhi jenis upayanya mempertahankan eksistensi di tengah komunitasnya. Remaja dalam hal ini kita, mencoba menunjukkan eksistensi di tengah komunitasnya melalui berbagai cara, baik yang positif maupun negatif. Sebagian dari kita berupaya untuk tampil ‘eksis’ melalui cara bersikap dan berbicara, cara berpakaian, gaya hidup, dan tentu saja materi yang dimiliki.
KARENA PERCAYA KRISTUS JADI PERCAYA DIRI
Menarik untuk diketahui bahwa Tuhan Yesus sendiri meminta kita untuk ‘eksis’ di tengah masyarakat. Namun demikian, wujud dalam upaya menunjukkan eksistensi yang dinyatakan oleh Yesus kepada kita berbeda dengan apa yang sering kita lakukan dan lihat selama ini. Ketika Kristus berkhotbah di bukit yang tercatat di dalam Matius 5:13-16, Ia meminta kita untuk menjadi terang dunia, di mana kita selayaknya memposisikan diri di tempat yang strategis agar kita dapat ‘eksis’ menerangi dunia secara penuh, tidak setengah-setengah. Matius 5:16 secara jelas mencatat tujuan dari eksistensi kita di tengah-tengah dunia, khususnya di tengah komunitas kita: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang ada di surga.” Kita dapat melihat bahwa misi dari eksistensi kita di tengah dunia bahkan lebih besar dari ketakutan tidak memiliki teman, atau keinginan dianggap gaul oleh komunitas kita. Lebih dari itu, tujuan ‘eksis’ untuk memuliakan nama Tuhan harus di atas segala-galanya.
Rasul Paulus juga mengingatkan kita melalui suratnya kepada jemaat Kristus di kota Roma. Roma 12:2 mengatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Peringatan ini dapat menjadi penguat kita untuk mempertahankan nilai-nilai yang diajarkan oleh Kristus untuk ‘eksis’ secara positif dalam komunitas kita.
KETIKA PERCAYA DIRI EKSISTENSI TIDAK LAGI MASALAH
Dua ayat referensi ini hendaknya menjadi pegangan kita untuk terus ‘eksis’ dalam pergaulan kita. Hendaknya tujuan dari eksistensi kita di tengah-tengah dunia yang telah diterangkan sebelumnya dapat mengubah perspektif kita mengenai bagaimana seharusnya kita mewujudkan sikap di tengah komunitas kita.
Marilah kita memulai kembali kehidupan sosial kita dengan menunjukkan eksistensi secara positif dengan meyakini bahwa Tuhan selalu ada di tengah-tengah pergaulan kita. Masing-masing dari kita amatlah berharga di mata Tuhan. Sudah selayaknya kita menjadi remaja Kristen yang berintegritas dan mampu mengatasi kelabilan kita di dalam Kristus. Nyatakan Yesus dalammu.
Mengutip tweet dari account twitter penyanyi dan penulis lagu gospel Kirk Franklin: “You are different. The more you try to fit in, the more frustrating today will be. You’re GREAT at being you, but BAD at being them. Go.”
24 Mei 2010
Archimedes Kristamuljana
1 Comment
Fridolin gentry
Juli 13, 2010 - 12:09 amterima kasih ..’sangat Memberkati GBu..