Di konter-konter pelayanan bank misalnya, demi ketertiban giliran pelayanan, kepada kita diberikan nomor urut. Pada giliran kita nomor yang kita pegang akan dipanggil. Pertama kali mengalami ini saya merasa kurang dimanusiakan. Saya hanyalah sebuah nomor, bukan Purboyo. Dan rasanya di banyak database di negeri ini, saya, sebagaimana kita semua, adalah nomor urut belaka.
Tidak demikian dengan kita dalam relasi kita dengan TUHAN, Gembala kita yang baik. IA mengenal kita. IA memanggil kita dengan nama kita. Dan kita mengenali pula suara-NYA, sehingga kita dapat mengikut DIA. Dan terjadilah relasi indah antara sang Gembala yang mengenali dan mengasuh kita, dengan kita domba-domba-NYA yang “mengenali suara-NYA”.
“Mengenali suara TUHAN” inilah yang membedakan kita dari mereka yang bukan domba-domba-NYA, yang menjadi karakteristik kita sebagai domba-domba-NYA, umat dan jemaat-NYA. Maka dalam relasi dengan sang Gembala baik itu, menyatakan dan membuktikan diri sebagai jemaat-NYA haruslah senantiasa terjadi.
Tolok ukurnya kiranya jelas: meneladani sang Gembala baik. Bila IA berkenan mengenali kita dan mengasuh kita, maka kita juga dipanggil untuk menjadi jemaat yang “mengenali dan mengasuh” sesama kita. Jemaat yang peduli!
“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku…” (Yoh. 10:27).
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.