Kepada kedua murid Yohanes yang memutuskan untuk mengikut-Nya, Yesus bertanya: “Apakah yang kamu cari?” (1:38). Rasanya tidak terlalu nyaman bagi kita bila pertanyaan ini diajukan kepada kita saat ini. Bukankah kita sudah memutuskan untuk percaya, mengakuinya, sehingga dibaptiskan? Bukankah kita giat melayani Tuhan dalam banyak bidang? Bukankah kita amat bersungguh-sungguh mengembangkan spiritualitas kita dan menjaga kedekatan kita dengan Tuhan?
Tetapi hari ini, Tuhan mengajukan pertanyaan yang sama kepada kita: “Apakah yang kamu cari?” Mengapa? Karena bisa saja motivasi kita hidup dengan dan dalam Tuhan tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Atau setidaknya, bisa saja motivasi kita pada awalnya benar, akan tetapi lambat-laun, oleh berbagai pengaruh dan pengalaman, bergeser dari yang seharusnya.
Amat indah jawaban kedua murid itu. Alih-alih tidak merasa nyaman dan tersinggung, dengan mantap mereka menjawab: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” Kedua murid itu tidak hendak sekadar menjadi murid Yesus, tetapi murid yang sungguh-sungguh mengenal guru mereka agar dapat meneladani hidup-Nya. Mengikut Dia agar (dapat) melakukan semua yang dilakukan-Nya.
Pada (iman) percaya, pelayanan dan spiritualitas kita, mesti selalu diajukan pertanyaan: “Apakah yang kita cari?” Karena muara dari itu semua tidak bisa tidak adalah mengenal Kristus agar dapat hidup meneladani-Nya, dan (dapat) melakukan semua yang dilakukan-Nya. Menjadi bagian dari karya penyelamatan-Nya bagi dunia dan segenap ciptaan, dan bukan sekadar keselamatan pribadi.
PWS
1 Comment
Herdianto Purba
Januari 16, 2011 - 10:23 amAmpunilah saya ya Tuhan, karena seringkali hidup mengikut Engkau hanya pada saat diriku merasa tak berdaya, sakit, berduka. Kalau dalam situasi serba terpenuhi, serba ada maka terkadang atau bahkan sering diriku melupakanMu.