Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang meneguhkan aku. (Mzm. 23:4)
Di galeri Omahku Memoriku, yang terletak 7 km dari puncak Gunung Merapi, para pengunjung dapat menyaksikan betapa dahsyatnya letusan Gunung berapi tersebut pada tahun November 2010 yang lalu. Awan panas yang menerjang sejumlah perkampungan yang ada di lereng Gunung Merapi, ternyata bisa membuat gelas beling meleleh, dan juga membuat gamelan dari logam menciut. Foto-foto yang dipajang di galeri tersebut, seperti hendak menggambarkan bagaimana lereng Gunung Merapi itu tak ubahnya seperti lembah kekelaman saat erupsi gunung tersebut terjadi.
Daud, yang menggubah Mazmur 23, menyadari betul bahwa kehidupannya laksana kawanan domba. Sebagai bagian dari kawanan domba, maka Daud bisa menghadapi aneka bahaya, entah itu hewan buas, ataupun tantangan alam yang tidak mudah. Dalam situasi seperti itulah, ia meyakini bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik. Pengalaman Daud di masa muda, sebagai seorang gembala, juga turut meneguhkan keyakinannya, bahwa Gembala yang baik itu berusaha menjaga kawanan domba dari aneka bahaya. Dalam Tuhan, ada kekuatan dan ketenangan, sekalipun di tengah lembah kekelaman.
Saudaraku, mungkin saja kehidupan ini dirasakan seperti sebuah lembah kekelaman. Bukankah itu yang pernah kita alami di awal pandemi Covid-19? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada hari-hari mendatang. Karena itu, berjalanlah bersama dengan Tuhan, Sang Gembala yang baik. Ia menuntun kita melewati bahaya. [Pdt. Natanael Setiadi]
DOA:
Hamba-Mu bersyukur, karena Engkau adalah Gembala yang baik. Tuntunlah hamba-Mu, sekalipun harus melewati lembah kekelaman. Amin.
Ayat Pendukung: Kej. 48:8-19; Mzm. 23; Mrk. 6:30-34
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.