Sejak kecil kecenderungan kita, memang cari selamat.
Supaya tidak dimarahi karena menjatuhkan piring kesayangan ibunya, seorang anak sembunyi tangan. Cari selamat!
Supaya tidak dihukum oleh Kepala Sekolah, seorang siswa tidak masuk Sekolah dengan alasan sakit. Cari selamat!
Supaya tidak membayar pajak yang tinggi, seorang Bapak membagikan uang laba usahanya kepada anak-cucunya. Cari selamat!
Tapi keselamatan apa yang dimaksud dalam Kitab Markus 15 ini? Rupanya Pilatus juga cuci tangan dengan tidak mau membebaskan atau menghukum Yesus, dengan menawarkan untuk membebaskan tawanan pemberontak, Barabas.
Selamat disini maksudnya, Pilatus tidak ingin disalahkan dan kena batunya.
Tapi apakah kualitas keselamatan seperti itu yang kita kejar? Alkitab mencatat di awal perikop bahwa Yesus adalah Raja Orang Yahudi. Raja orang Yahudi tidak dapat terbelenggu sekalipun secara fisik, Dia disesah dan Imam-Imam Kepala menyerahkannya dengan dengki pada pengadilan manusia.
Itulah keselamatan yang kita perlukan, bukan? Rasa Damai yang berasal dari Yesus Sang Raja Damai. Karena sesungguhnya itulah Damai yang sejati.
Pertanyaannya:
- Sudahkah kita mengalami Damai yang sejati dimana Damai Yesus menguasai hati?
- Saat Damai Kristus ada di hati, apakah kita masih “cari selamat” untuk menghindar konsekuensi dari menyatakan kebenaran?
RJS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.