“Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.” (Kej. 9:13)
Sesudah peristiwa air bah, Allah berjanji tidak akan ada lagi makhluk hidup yang dilenyapkan oleh air bah. Allah membuat perjanjian dengan Nuh dan keturunannya, serta semua makhluk hidup yang lain. Tanda perjanjian itu ialah busur atau pelangi yang Allah taruh di awan.
Hukuman air bah memberi pelajaran penting. Akibat dosa manusia, seluruh alam ikut menanggung hukuman. Setelah air bah surut, Nuh dan keluarganya membawa kurban bakaran bagi Tuhan. Lalu Tuhan berkenan dan berkata, “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia … dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan” (Kej. 8:21). Sikap dan perbuatan manusia dapat berdampak negatif terhadap alam, misalnya menjarah sampai habis, merusak dan menghancurkannya. Atau sebaliknya, berdampak positif: merawat, menjaga, memelihara, serta melestarikannya.
Dulu, gereja dan umat Kristen kurang peduli akan alam dan isinya. Pemahaman yang lebih menyeluruh dan utuh telah memberi pelajaran penting bagi kita. Kini, gereja dan umat Kristen wajib ikut melestarikan alam ciptaan Allah. Kabar baiknya: Allah bukan hanya mengasihi manusia yang berdosa, tetapi juga seluruh alam dan isinya yang telah diciptakan-Nya. Pelangi di langit bukan saja tanda perjanjian bagi Allah yang membuatnya, tapi terutama bagi kita sebagai umat-Nya untuk terus merawat, memelihara dan melestarikan seluruh ciptaan-Nya! [Pdt. (Em.) Ferdinand Suleeman]
REFLEKSI:
Allah bukan hanya mengasihi manusia yang berdosa, tapi juga seluruh alam dan isinya.
Ayat Pendukung: Mzm. 107:1-3, 17-22; Kej. 9:8-17; Ef. 1:3-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.