Betapa Banyak Perbuatan-Mu, ya Tuhan

Betapa Banyak Perbuatan-Mu, ya Tuhan

Belum ada komentar 90 Views

(1)    Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Betapa agung Engkau, ya TUHAN Allahku! Aku memuji Tuhan karena Engkau membuat aku dapat memuji-Mu.

(8)    Air mengalir melalui gunung-gunung ke dalam lembah, ke tempat yang Kausediakan baginya. Aku memuji Tuhan karena Engkau yang mengalirkan air ke gunung dan ke lembah. Engkau menyediakan tempat bagi air yang mengalir itu. Aku memuji Tuhan karena Engkau jualah yang menyediakan tempat bagiku untuk hidup, bertumbuh dan disegarkan.

(11)    Untuk memberi minum semua binatang di ladang, dan melepaskan haus keledai-keledai hutan. Aku memuji Tuhan karena Engkau yang memberi minum binatang tak bertuan. Yang menyambung nyawa melalui alam yang Kausediakan baginya. Aku memuji Tuhan karena Engkau jualah yang memberi aku makan dan minum. Sekalipun tingkap-tingkap langit tidak terbuka bagi sakuku, tetapi Engkau cukupkan aku seperti Kaucukupkan makhluk hidup lainnya yang Kauciptakan.

(12)    Di dekatnya burung-burung membuat sarang; mereka berkicau di antara daun-daunan. Aku memuji Tuhan karena Engkau yang memberi kemampuan alami bagi binatang-binatang ciptaan-Mu untuk membuat tempat perteduhan mereka. Bahkan Engkau menyediakan secara cuma-cuma semua yang mereka perlukan untuk membangunnya. Aku memuji Tuhan karena Engkau jualah yang menyediakan tempat bernaung bagi ciptaan-Mu, termasuk juga kami dalam keterbatasan dan kesederhanaan daya cipta kami sebagai manusia.

(13)     Dari langit Kauturunkan hujan di pegunungan, bumi penuh dengan hasil karya-Mu. Aku memuji Tuhan karena Engkau menurutkan hujan dengan tujuan yang baik. Hujan yang membuat bumi dapat dipenuhi hasil karya-Mu. Aku memuji Tuhan karena Engkau jualah yang menurunkan hujan bagi kami sehingga tumbuh-tumbuhan kami di sekitar pekarangan kami disegarkan secara alami.

(19)     Engkau membuat bulan menjadi penanda waktu, matahari tahu saat terbenamnya. Aku memuji Tuhan karena Engkau memberikan kepada semua ciptaan, waktu untuk beristirahat dalam terang cahaya-Mu, bukan dalam kegelapan sehingga kami tersesat. Aku memuji Tuhan karena Engkau jualah yang memberikan arah dalam perjalanan hidup kami sehingga kami tahu tanda-tanda di mana Kau tidak menghendaki kami untuk melaluinya.

(22)     Bila matahari terbit, mereka menyingkir dan berbaring di tempat persembunyiannya.

(23)     Lalu keluarlah manusia untuk melakukan pekerjaannya, dan terus bekerja sampai hari senja. Aku memuji Tuhan karena Engkau menyediakan penunjuk waktu bagi kami agar kami dapat bekerja, beristirahat dan berekspresi atas semua pemberian-Mu.

(24)     Betapa banyak karya-Mu, TUHAN, semuanya Kaujadikan dengan bijaksana; bumi penuh dengan ciptaan-Mu. Aku memuji Tuhan karena Engkau mencipta dan memberi alasan adanya semua yang Kau cipta. Aku memuji Tuhan karena Engkau jualah yang memberikan alasan, untuk apa kami hidup memenuhi bumi untuk waktu yang Kautetapkan.

(31)     Semoga keagungan TUHAN tetap selama-lamanya! Semoga Ia gembira dengan segala ciptaan-Nya! Aku memuji Tuhan karena Engkau dapat kami puji selamanya. Aku memuji-Mu karena kehadiran kami menggembirakan-Mu dan kami dituntun untuk membuat Engkau gembira karena kami.

(33)     Aku mau menyanyi bagi TUHAN selama hidupku, menyanyikan pujian bagi Allahku selama aku ada. Aku mau memuji Tuhan melalui mulut kami, kaki kami, telinga kami, mata kami, hidung kami, tangan kami, kaki kami, karya kami.

(35)    Biarlah orang berdosa lenyap dari muka bumi, biarlah orang jahat habis binasa. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah TUHAN! Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah Tuhan!

Mazmur 104 tidak dapat dipisahkan dari rangkaian himne yang dimulai dari pasal 101. Di dalam pasal 101 dan 102 diungkapkan bahwa pemazmur sendiri adalah korban kejahatan. Itu sebabnya ia mengeluh, menderita, bahkan meratap. Tulang-tulangnya hancur remuk, hatinya (mind and heart) terpukul dan layu. Tidak ada lagi harapan hidup! Bahkan pada pasal 102 pemazmur sempat menganggap Allah kejam, menyembunyikan wajah-Nya. Lalu mengapa terjadi transformasi iman seperti di pasal 103 dan 104 sehingga ia dapat memuji Tuhan dengan segenap jiwanya?

Pemazmur rupanya mengalami transformasi iman karena ia mengalami Allah bekerja!

Kata “asya” dalam bahasa Ibrani berarti bekerja (works) yang membuktikan bahwa Allah masih bekerja setelah Ia mencipta. Ya, Allah tidak berhenti bekerja! Ia terus dan tetap bekerja. Di dalam pasal 104 ini, ada lima ayat dengan kata “made” dan “work,” yaitu di ayat 4, 19, 24b, 13 dan 31.

Pertanyaannya, apakah berarti Allah bekerja mendatangkan tsunami? Banjir? Kebakaran hutan? Polusi lingkungan?

Menurut Mazmur 103, rupanya pekerjaan Allah bukanlah tindakan anarki. Allah tidak bekerja seenaknya! Apalagi, Allah tidak bekerja agar manusia celaka dan kena bencana! Melainkan Ia bekerja (asya) dalam rancangan: God’s saving work (dalam rancangan karya keselamatan Allah). Bukan Allah yang mengerjakan tsunami, tetapi dosa telah menyebabkan dunia ini menderita. Puji syukur bahwa Allah yang berkuasa, bekerja memulihkan, menyelamatkan, membebaskan, memberi yang baik.

Allah bekerja tetapi Allah juga ada. Mazmur 104 ini disebut juga “A hymn to the Creator.” Sebuah himne, pujian bagi Sang Pencipta yang ada (baca: hadir) di dalam ciptaan-Nya sampai hari ini. Allah exist, fisik-Nya tidak ada, tapi ada tanda-Nya.

Yang menarik, dekade ini orang sibuk meneliti tanda-tanda akhir zaman. Padahal pemazmur justru mengajak kita untuk fokus pada tanda kehadiran Allah, karena itulah yang dapat membuat kita tetap memuji Tuhan sekalipun bencana alam, kecelakaan dan hal-hal buruk terjadi silih berganti di mana-mana. Pemazmur tidak mengajak kita untuk fokus ke tanda-tanda akhir zaman yang membuat kita ketakutan, tidak bisa tidur, resah, benci, marah dan protes! Ia mengajak kita untuk fokus pada tanda kehadiran Allah, sehingga hati kita bisa diliputi pujian dan damai sejahtera. Allah tidak kelihatan tapi Allah ada: ayat 1-4 mengatakan bahwa Allah ada di surga; tapi ayat 4-13 mengatakan bahwa Allah ada di bumi.

Mengapa pemazmur menekankan tanda kehadiran Allah?

Dulu Allah hanya dianggap berada di bait Allah, karena itu pemazmur membuka wawasan umat Tuhan dengan mengatakan bahwa Tuhan ada di mana-mana: di antara ciptaan-Nya dan di dalam ciptaan-Nya. Apalagi, orang Kanaan berpikir bahwa Allahnya orang Israel hanya ada di kemah (yeri’a) di bait-Nya di Yerusalem, sedangkan Baal ada di mana-mana: di angin, di badai, di hujan, di gunung. Itu sebabnya pemazmur perlu menekankan bahwa Allah hadir di mana-mana, dan tanda kehadiran-Nya adalah kestabilan (a stable world). Allah mengontrol alam, udara, api, air, langit dan bumi.

Ada kestabilan, ada Allah.

Dulu air melayang-layang di udara, sekarang Allah yang membuat air mengalir ke tempatnya. Jadi stabil.
Dulu gelap gulita menguasai bumi, sekarang Allah mengatur siang dan malam. Jadi stabil.
Tsunami mengacau dunia, tapi kemudian Allah membawa kestabilan kembali.

Pertanyaannya, mengapa pula tampaknya Allah membiarkan bencana itu terjadi kalau Allah ada dan bekerja? Allah Yahweh rupanya bukan seperti dewanya para ahli filsafat. Dunia tidak berputar secara mekanis seperti sebuah jam, sehingga manusia dan dunia ini seperti robot… baik terus. Satu-satunya yang membuat Allah tidak ada adalah dosa manusia. Dosa manusia yang membuat lingkungan menjadi kotor, dosa manusia yang mengakibatkan banjir karena sampah di mana-mana.

Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai orang percaya? Karena Allah senang–Allah suka. Allah suka bekerja, bahkan bekerja sampai tuntas. Ia bukan hanya sekadar mau menciptakan dunia ini, melainkan Ia mau agar kita memeliharanya sampai tuntas dan bukan sebaliknya mengotori alam ini.

Selamat menunjukkan kehadiran Allah dengan cara melanjutkan dan memelihara karya Allah di alam yang Tuhan sediakan buat kita. Tuhan memberkati!

Pdt. Riani Josaphine

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...