“Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini?” (Bil. 21:5)
Tanpa kita sadari, banyak hal-hal kecil yang membuat kita merasa tidak bahagia. Kita sering merasa sebagai orang yang paling menderita di dunia ini. Namun, bila kita membuka mata lebar-lebar, sesungguhnya masih banyak orang yang lebih menderita ketimbang diri kita. “Lihatlah ke bawah, supaya kita bisa bersyukur. Lihatlah ke atas, supaya kita bersemangat!” Demikian nasihat orangtua kita.
Merasa diri paling malang, mungkin itulah yang terdapat dalam benak orang Israel setelah mereka keluar dari negeri perbudakan, Mesir. Kini, mereka berada antara gunung Hor dan Laut Teberau. Mereka bersungut-sungut, “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak” (Bil. 21:5).
Apakah sungut-sungut menyelesaikan masalah? Apakah keluh kesah kita dapat meringankan beban hidup yang tengah kita pikul? Tidak! Sungut-sungut itu membuat Tuhan marah. Ia mengirim banyak ular tedung dan membunuh sejumlah besar orang Israel.
Seperti ular tedung yang mematikan, demikian juga sungut- sungut dan memosisikan diri sebagai orang yang paling menderita akan membuat kita larut dalam kekecewaan dan putus asa. Pada akhirnya, mematikan kehidupan kita. Bersyukur dan mencoba melihat dari sisi positif, mungkin jauh lebih baik ketimbang omelan dan kutukan! [Pdt. Nanang]
REFLEKSI:
Syukuri apa yang ada dan jangan menyesali apa yang tidak ada.
Ayat Pendukung: Mzm. 128; Bil. 21:4-9; Ibr. 3:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.