Bersyukur

Belum ada komentar 269 Views

Oma Ra (bukan nama sebenarnya) adalah perempuan lansia yang telah berumur 83 tahun. Ia terbaring di tempat tidurnya karena sakit. Ketika untuk pertama kali saya bertemu dengannya, saya sempat terkejut mengetahui perjuangannya menjalani kehidupan masa tua seorang diri, tanpa ada yang menemani. Namun lambat laun saya pun tahu bahwa Oma Ra sangat mandiri.

Setiap bertemu dengannya, saya selalu bertanya tentang keadaannya, dan spontan dengan wajah gembira ia menjawab, “Kabar baik!” Dalam hati saya berucap, “Apa yang baik kalau keadaannya seperti ini?” Sakit tak kunjung sembuh, dan hidup seorang diri tentu membuatnya kesepian. Saya kemudian dapat menyimpulkan bahwa apa yang baik bagi Oma Ra, belum tentu baik bagi saya dan orang lain.

Sebelum berpisah dengannya, saya selalu berdoa bersamanya. Sebelum berdoa, saya bertanya tentang pokok pokok yang akan didoakan. “Oma mau didoakan apa?” tanya saya. Ia menjawab, “Saya bersyukur pada Tuhan karena saya dipelihara. Tuhan Yesus baik pada saya.” Jawabannya sempat membuat saya bertanya dalam hati. Hal apa yang membuat Oma Ra melihat kebaikan Tuhan sehingga mampu bersyukur. Akhirnya saya menyimpulkan bahwa ia telah mampu melihat kebaikan Tuhan dalam setiap keadaan, baik dan buruk, dan menerima setiap peristiwa kehidupan dengan lapang dada. Itulah makna bersyukur baginya. Sikap bersyukur telah membuatnya mampu melewati hidup yang sulit dengan hati yang gembira. Hal itu terpancar dari wajahnya yang telah menua. Warren Buffett berkata, “Orang yang berbahagia bukanlah orang yang hebat dalam segala hal, tetapi orang yang bisa menemukan hal sederhana dalam hidup dan mengucap syukur.”

Sejenak saya teringat pada seorang martir bernama Polikarpus. Tradisi Kristen mengatakan bahwa ia adalah murid langsung Rasul Yohanes. Ia juga disebut sebagai Polikarpus dari Smirna, yang merupakan daerah domisilinya. Ia terlahir sebagai orang Kristen dan hidup di dalam pelayanannya kepada Tuhan, meski saat itu menjadi Kristen bukan hal yang mudah. Pada usia 86 tahun, ia akhirnya dipersekusi oleh Romawi. Hal yang sangat menarik adalah ketika ia tetap percaya kepada Allah, meski harus mati di tiang dengan cara dibakar.

Polikarpus dipaksa untuk menyangkal Allah, tetapi dengan tegas ia menolak meski ancaman kematian nyata di depan matanya. Sebuah perkataan unik yang diucapkannya sebelum mati dibakar, adalah, “Sudah 86 tahun aku melayani Tuhan, tetapi tidak sekali pun Dia menyakitiku. Bagaimana mungkin aku menghina Raja yang telah menyelamatkanku?” Perkataan Polikarpus ini sungguh menggetarkan iman. Ia masih mampu berkata bahwa Tuhan itu baik ketika harus mati dibakar hidup-hidup.

Kalau saja kita berada di posisi Polikarpus, maka sangat manusiawi bila kita marah kepada Tuhan. “Mengapa Tuhan? Setelah selama ini aku melayani-Mu, haruskah aku mati dengan cara yang memalukan?” Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, “Tuhan, kenapa aku, yang sudah percaya kepada-Mu, pergi ke gereja, pelayanan, dll, harus begini?” Sebenarnya, pada saat Polikarpus mau dipersekusi, ia bisa saja mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihinya.

Dari kisah Polikarpus dan Oma Ra ini, kita bisa melihat bahwa perihal bersyukur tidak bersifat situasional. Bersyukur tidak selalu berkaitan dengan hal-hal baik yang terjadi dalam hidup kita. Bersyukur adalah tentang iman kita yang tetap percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dan mengasihi kita. Apa pun yang terjadi di dalam hidup ini, kita mampu tetap percaya bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi kita dan akan tetap menyertai kita. Rasul Paulus—dalam 1 Tesalonika 5 :18—mengingatkan kita untuk beryukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus. Sikap bersyukur tidak memberi kita pilihan, mau atau tidak, untuk hidup bersyukur. Dalam memperingati HUT GKI Pondok Indah yang ke-37, marilah kita terus bersyukur seperti Oma Ra dan Polikarpus. Terkadang bukan saja hal buruk yang membuat kita tak mampu bersyukur, melainkan hal baik pun bisa membuat kita lupa untuk bersyukur kepada Tuhan. Tuhan memberkati.•

|PDT. LUISYE SIA

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...