“Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.” (Kis. 7:53)
Namanya Joni. Tubuhnya kecil, usianya masih belia, namun berani. Dalam sebuah upacara 17 Agustus 2018 di Pantai Motoangin, Belu, Joni memanjat tiang bendera yang rusak, demi mengibarkan Bendera Merah Putih. Tubuh yang kecil dan usia yang masih belia tidak menghambatnya untuk berkarya.
Semangat itu juga digelorakan oleh Stefanus. Dalam Kisah Para Rasul 7, Stefanus dibawa ke hadapan imam besar. Orang banyak menuduh Stefanus dengan tuduhan palsu; Stefanus dituduh telah melecehkan dan menghina Bait Suci dan Kitab Taurat. Berhadapan dengan Imam Besar dan sejumlah ahli Taurat, Stefanus tidak gentar. Dengan gagah berani ia menyampaikan kebenaran tentang bagaimana nenek moyang mereka berulang kali menolak kebenaran. Yusuf dijual, Musa ditolak, bahkan Allah pun ditolak. Israel memilih menyembah patung anak lembu tinimbang Tuhan yang benar. Dengan berani Stefanus mengungkapkan kecenderungan hati para pemimpin bangsa Yahudi saat itu yang selalu menentang Roh Kudus. Ia tidak gentar, meskipun ia hanya seorang diri, sebab Stefanus yakin ia berdiri di atas kebenaran.
Kisah hidup Joni dan Stefanus menunjukkan dan mengajarkan kepada kita bahwa selaku pengikut Yesus kita seharusnya memiliki keberanian untuk melakukan dan mengatakan kebenaran. Meskipun fisik kita kecil atau jumlah kita sedikit dan bahkan mempunyai berbagai macam kekurangan, jangan takut melakukan yang benar, sebab Tuhan menyertai kita. [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
REFLEKSI:
Kesatuan antara Allah dengan manusia adalah relasi dalam hidup kekal yang diberikan dalam Yesus Kristus.
Ayat Pendukung: Mzm. 105:1-11, 45b; Kej. 29:9-14; Kis. 7:44-53
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.