“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mzm. 46:11)
Setelah wabah Covid-19, kita memasuki masa new normal; masa di mana nyaris segala sesuatu tidak lagi sama seperti dulu. Sebagian orang membuat pelesetan singkatan penunjuk masa BC (Before Christ) dan AC (After Christ) menjadi Before Corona dan After Corona. Situasi semacam itu membuat takut. Sebab, segala sesuatu serba baru dan serba tidak pasti. Tetapi, justru dalam situasi semacam inilah, pemazmur mengingatkan kita semua bahwa Allah adalah “tempat perlindungan dan kekuatan” kita. Ia sudah terbukti menjadi “penolong dalam kesesakan.” Bahwa “Tuhan semesta alam menyertai kita” karena Ia adalah “kota benteng kita.”
Sumber persoalan dalam kehidupan kita bisa saja beragam. Persoalan bisa muncul karena bencana alam, ketika “bumi berubah” dan “gunung-gunung goncang di dalam laut.” Ketika laut “ribut dan berbuih airnya” dan “gunung-gunung goyang oleh geloranya.” Persoalan bisa juga muncul karena bencana sosial, ketika “Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang.” Apa pun juga persoalan yang harus kita hadapi, Allah tetap adalah kota benteng tempat kita berlindung.
Bencana yang paling berbahaya dalam kehidupan kita, sesungguhnya bukan bencana alam atau bencana sosial itu sendiri, melainkan bencana spiritual. Bencana yang muncul ketika iman kita terguncang, bahkan hilang, ketika kita tidak bisa berdiam diri di dalam “kota benteng” kita, dan malah memilih untuk keluar darinya. [Pdt. Paulus Sugeng Widjaja]
REFLEKSI:
Ketika iman kita goyah dan kita tidak lagi berlindung di dalam Allah, itulah bencana yang sesungguhnya.
Ayat Pendukung: Mzm. 46; Kej. 45:25-46:7; Kis. 5:33-42
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.