Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,… mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan,… kecuali oleh imam-imam? (Mat. 12:3-4)
Orang-orang Farisi menegur murid-murid Yesus yang memetik gandum pada hari Sabat. Namun, Yesus membela para murid-Nya itu. Kalau kita membaca dengan teliti, mungkin kita mempertanyakan sikap Yesus ini: “Apa-apaan ini? Jelas- jelas para murid mengambil gandum yang bukan miliknya, bahkan dilakukan di hari Sabat. Sudah mencuri, ditambah lagi melanggar aturan agama. Kok masih dibela, sih?”
Tunggu dulu! Yesus bukanlah penganut: right or wrong is my disciples. Pokoknya bela mati-matian, salah ataupun benar. Sikap Yesus punya dasar, yaitu: (1) Ulangan 23:25 jelas sekali mengizinkan seseorang memetik gandum sekalipun bukan miliknya asal tidak memakai sabit. (2) Dalam 1 Samuel 21:1-6 dikisahkan Daud dan pengikutnya memakan roti sajian yang mestinya hanya boleh dimakan oleh imam saja. Namun, tindakan itu tidak dipandang salah karena kondisi mereka yang kelaparan. Orang-orang Farisi membangun kehidupan beragama melalui pengawasan yang ketat: siapa melanggar hukum yang mana. Sedangkan Yesus menghadirkan kehidupan beragama yang manusiawi. Hal itu ditandai dengan cara memandang sesamanya yang penuh belas kasih dan empatik.
Bagaimana cara beragama kita selama ini: Apakah kaku dan tak manusiawi? Ataukah seperti yang diajarkan Yesus, yaitu menjalankan kehidupan beragama yang dipenuhi dengan belas kasih dan sikap empatik? [Pdt. Mungki A. Sasmita]
DOA:
Ajarkan kepada kami, ya Tuhan, untuk senantiasa memiliki belas kasih dan sikap empati kepada sesama kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 40:2-9; Hos. 8:11-14; 10:1-2; Ibr. 13:1-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.