“Namun bertahun-tahun lamanya Engkau melanjutkan sabar-Mu terhadap mereka.” (Neh. 9:30)
Ada stiker WhatsApp bertuliskan ini: “Orang sabar pasti kesal.” Apakah Anda sudah pernah mendapatkan stiker itu? Memang, tidak salah bahwa orang sabar punya rasa kesal. Justru kalau sama sekali tidak ada rasa kesal, kualitas kesabaran agak dipertanyakan. Namun, orang sabar itu juga akan mengendalikan rasa kesalnya.
Pemazmur 103 menyadari TUHAN itu “penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Mzm. 103:8). Dalam kisah Nehemia, kesadaran seperti Pemazmur ini dinyatakan oleh beberapa orang Lewi. Mereka berdoksologi, memuji dan memuliakan TUHAN yang telah melakukan pekerjaan- pekerjaan besar yang baik bagi umat Israel sejak dahulu kala. Mereka juga mengakui bahwa walaupun kasih setia TUHAN berlimpah atas kehidupan bangsa mereka, umat Israel berkali-kali melakukan kejahatan di hadapan TUHAN. “Namun bertahun- tahun lamanya Engkau melanjutkan sabar-Mu terhadap mereka,” demikian kata orang Lewi. Sungguh, itulah doksologi indah yang mengungkapkan kebenaran tentang TUHAN berdasarkan sejarah yang terjadi.
TUHAN telah menunjukkan kualitas kesabaran-Nya yang mahatinggi. Pada TUHAN ada sabar berkelanjutan yang tak terbatas. Kita seharusnya belajar kepada-Nya. Dengan memohon pertolongan Roh-Nya yang Kudus, kita mampu melanjutkan sabar kita terhadap apa pun yang membuat kita kecewa atau marah. Memang benar, orang sabar pasti kesal, tapi ia juga pasti punya damai yang kekal. [Pdt. Hendri M. Sendjaja]
DOA:
Ya Allah, tumbuhkanlah rasa sabar dalam diriku sehingga aku beroleh damai yang kekal. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:97-104; Neh. 9:16-31; Ef. 6:21-24
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.