Dalam perkembangan dunia saat ini, peran kakek dan nenek sangat diperlukan untuk menolong anak dan menantu mendidik dan menanamkan kasih sayang kepada cucu. Peran kakek dan nenek ini hanya bersifat membantu, bukan menggantikan peran dan tanggung jawab anak dan menantu.
Dunia Maya
Mau tidak mau kakek dan nenek harus mengikuti, setidaknya mengerti dunia maya lewat komputer/ponsel/televisi. Dunia maya membantu kakek dan nenek untuk berkomunikasi dan mencari informasi dengan cepat, namun dunia maya juga ada segi negatifnya, yaitu bisa menjerumuskan anak-anak ke dunia porno, narkoba, dan lain-lain. Karena itu, peran kakek dan nenek dalam mengawasi cucu, khususnya pada waktu ia dititipkan kepada mereka, perlu dijalankan dengan baik agar si cucu tidak membohongi mereka.
Perkembangan dunia saat ini banyak membuat istri membantu suaminya mencari nafkah bagi keluarga. Suami dan istri berangkat pagi hari dan pulang ke rumah pada sore atau malam hari, sehingga bantuan kakek dan nenek untuk menjaga anak mereka sangat dibutuhkan.
Di samping mengawasi cucu, kakek dan nenek perlu sekali memberi kasih kepada cucu mereka, karena kasih adalah kebutuhan esensial setiap orang dan tangki kasih cucu harus selalu penuh. Kalau tangkinya kosong, maka ia bisa mencarinya di luar, yang belum tentu benar. Kasih yang diperlukan cucu adalah kasih dari Tuhan Yesus yang panjang sabar, rendah hati, mengampuni dan mendidik. Perkembangan dunia saat ini mudah membuat anak-anak kurang teguh memegang ajaran agama, sehingga peran kakek dan nenek diperlukan untuk mengenalkan Tuhan kepada mereka.
Kakek dan Nenek Membantu Anak dan Menantu
Ada sepasang suami-istri yang ingin pergi liburan berdua saja, sehingga anak mereka dititipkan kepada kakek dan neneknya. Untuk menyenangkan hati cucunya, nenek memberi permen kepadanya, tetapi cucunya menolak, karena orangtuanya melarangnya makan permen. Mendengar hal itu, nenek bilang bahwa si cucu kini berada di rumahnya dan di sini neneklah yang berkuasa. Setelah orangtuanya pulang dari liburan dan si cucu kembali ke rumahnya, ia minta permen kepada orangtuanya namun tidak diberikan. Anak ini kemudian protes karena di rumah nenek, ia boleh makan permen.
Dari soal sepele ini, bisa timbul konflik antara kakek dan nenek dengan anak atau menantu. Karena itu perlu ada komunikasi yang baik antara kakek dan nenek dengan anak dan menantu di dalam mengasuh anak.
Konflik antara kakek dan nenek dengan anak dan menantu kadang-kadang tidak bisa dihindarkan, karena itu kedua belah pihak harus saling menghormati di dalam mengatasi konflik tersebut, sehingga cucu juga akan menghormati mereka. Sebaiknya segala perbedaan pendapat dibicarakan tanpa kehadiran cucu. Kita harus tahu bahwa anak memiliki kepekaan alami yang kuat ketika merasakan suasana yang kurang aman dan menyenangkan. Kebijaksanaan orang-orang dewasa untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin diperlukan untuk menjaga agar anak merasa tenteram, aman dan dikasihi.
Apa yang Diperlukan Oleh Cucu?
Anak sangat membutuhkan kasih tanpa syarat dan merupakan kewajiban orangtua untuk memberikan kasih itu kepadanya. Meskipun demikian, dalam kenyataannya banyak hambatan pribadi yang dihadapi orangtua dalam membesarkan buah hati mereka. Selain sibuk dengan karier, kehidupan rumah tangga mereka terkadang tidak kondusif, atau mereka memiliki pergumulan pribadi yang tidak mudah dipecahkan.
Dalam hal ini, kakek dan nenek bisa berkontribusi dengan memberikan kasih itu, baik kepada anak dan menantu, maupun kepada cucu mereka. Kasih tersebut tidak hanya diucapkan saja, tetapi perlu ditunjukkan dengan tindakan konkret.
Kasih tanpa syarat ini diungkapkan Paulus di dalam 1 Kor 13, antara lain: Kasih itu tidak memegahkan diri (rendah hati), sabar, penuh komitmen, adil dan berkesinambungan. Kasih murni seperti ini bertolak belakang dengan kasih yang bersyarat, misalnya: “Saya akan berlaku baik kepadamu jika kamu memenuhi permintaan saya.”
Kasih sejatilah yang diharapkan oleh cucu. Ia percaya bahwa kakek dan nenek akan selalu melindunginya Ia memercayai mereka karena mereka dapat selalu diandalkan.
Di dalam kasih tidak ada ketakutan, karena kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih (1 Yoh 4:18). Karena itu, di dalam mendidik cucu, kakek dan nenek dianjurkan untuk tidak menggunakan pendekatan dengan hukuman, tetapi pendekatan dengan imbalan (reward).
Kakek dan nenek perlu minta bantuan Tuhan agar dapat menerapkan kasih tanpa syarat kepada anak, menantu dan cucu mereka, seperti kasih yang Tuhan berikan kepada mereka.
Mengisi Tangki Dengan Kasih
Mobil yang habis bensinnya akan mogok. Demikian juga cucu kita perlu diisi tankinya dengan kasih sayang, dan karena tangkinya kecil, maka pengisian itu perlu sering dilakukan. Isi yang kurang dapat menyebabkannya berperilaku tidak baik, namun jika tangkinya penuh, ia akan menyerap teladan kakek dan nenek untuk membagikan kasih dan perhatian kepada orang lain. Ia misalnya dapat belajar untuk menolong orang lain yang memerlukan bantuan, berlaku sopan ketika berkendara dan tidak mengeluarkan umpatan terhadap pengendara lain yang kurang disiplin, dan sebagainya. Ada tiga hal perlu kita ketahui:
1. Pada usia 2-4 minggu, seorang bayi sudah bisa merasakan kasih sayang melalui kontak mata (bentuk komunikasi primitif). Misalnya pada waktu kakek atau nenek mengasuh cucu sambil membaca koran, si cucu sering menarik koran itu. Hal tersebut bukan karena ia nakal, tetapi karena ia menginginkan perhatian kakek atau nenek, sehingga ketika ia berbicara, tatapan mata yang penuh kasih sayang kepadanya akan membuatnya puas dan senang.
2. Sentuhan hangat penuh kasih sayang juga akan membuat cucu senang. Kakek dan nenek dapat memeluk dan menciumnya, tetapi juga membelainya di kepala atau pundaknya. Sentuhan tidak saja mengembangkan pertumbuhan emosional anak tetapi juga pertumbuhan fisiknya. Kini bahkan sudah ada spa untuk bayi, di mana bayi dipijat untuk membuatnya enak tidur, sehat dan cerdas.
Bagaimana dengan cucu yang sudah remaja, apakah ia masih memerlukan sentuhan kasih? Tentu saja ia masih membutuhkannya, meskipun tentu tidak sesering seperti ketika ia masih kecil. Ia perlu mengetahui bahwa ia tetap dikasihi, tetapi dengan cara yang lebih dewasa dan sesuai dengan usianya.
3. Menyediakan waktu khusus untuk cucu juga sangat penting, seperti bermain bersama, atau pergi rekreasi bersama. Di dalam Markus 10: 13-16 diceritakan bahwa Yesus menatap mata anak-anak, menyentuh mereka dan meluangkan waktu-Nya yang berharga untuk mereka, demi menunjukkan cinta-Nya kepada mereka. Dapatkah kakek dan nenek meniru teladan yang Tuhan berikan itu?
Kakek dan Nenek, dan Iman
Sangatlah bijaksana kalau kakek dan nenek bisa membawa cucu mereka untuk mengikuti Sekolah Minggu sejak dini. Dengan membawa cucu ke Sekolah Minggu, kakek dan nenek juga bisa menarik orangtua mereka, yang mungkin malas beribadah, untuk kembali datang ke gereja. Mungkin hal itu dapat dimulai dengan melihat anak-anak mengadakan pertunjukan di gereja. Meskipun demikian, kakek dan nenek perlu terlebih dulu meminta izin anak dan menantu untuk membawa cucu ke Sekolah Minggu, agar tidak menimbulkan masalah di antara mereka.
Kakek dan nenek perlu menunjukkan kepada cucu bahwa mereka mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan mengajarkan hal ini kapan saja dan di mana saja (Ulangan 6:5-9). Mereka juga bisa mengajar cucu untuk mengasihi sesama (Mat 22:39), misalnya dengan menceritakan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, yang peduli kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan dan contoh mempraktikkan dalam hal mengasihi orang lain. Teladan yang mereka ajarkan akan ditiru oleh cucu.
Kakek dan nenek juga perlu menunjukkan kepada cucu bahwa mereka saling mencintai, misalnya dengan berjalan bergandengan tangan. Cucu akan melihat dan merasakan bahwa rumah kakek dan neneknya adalah tempat yang penuh kehangatan, keriangan dan kasih. Dengan demikian ia juga akan percaya kepada kakek dan neneknya, sehingga ketika ia takut atau menghadapi masalah, ia akan datang kepada mereka dan bukan kepada orang lain yang belum tentu bisa memberi jalan keluar yang benar. Banyak remaja yang terlibat narkoba, seks bebas dan berbagai kejahatan, karena di rumah mereka tidak ada kehangatan/kasih sayang (home sweet home).
Yesaya 41:10 mengatakan, “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” Suatu hari nanti, Tuhan akan berjalan bersama dengan cucu kita, memberinya kekuatan yang dibutuhkannya dalam mengarungi kehidupannya. Inilah warisan yang sangat berharga, yang dapat diberikan kakek dan nenek kepada cucu mereka.
Nugroho Suhendro
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.