Bapak Pendeta yang budiman,
1. Seingat dan sepengetahuan saya, Alkitab itu dibuat/ ditulis bukan sebagai wahyu yang datang/ jatuh dari atas atau baku dari pihak Allah. Alkitab ditulis oleh manusia yang sudah dikuasai/ dipenuhi oleh Roh Kudus dan kita yakini bahwa kebenarannya berasal dari Allah. Demikian juga Sepuluh Perintah Allah yang dibawa oleh Musa dari atas gunung.Pertanyaan 1 :
Loh batu itu asli turun dari langit alias terima jadi/ instan, sehingga (mestinya) Musa tidak perlu berlama-lama di atas gunung, atau apakah loh batu itu ditulis/ diukir oleh Musa dan beliau memerlukan puluhan hari untuk mengerjakannya (yang mengakibatkan umatnya gelisah, bimbang dan akhirnya rame-rame membuat patung lembu)?Selain itu, banyak tulisan/ buku yang membahas Alkitab dan membubuhkan siapa dan latar belakang dari sang penulis; dan memang sepertinya tulisan-tulisan di Alkitab juga memiliki ‘warna’ karakter masing-masing penulis, yang kadang isinya ‘agak–berbeda’ yang satu dengan yang lain, dan yang (kadang juga) membuat kita jadi dibingungkan (setidaknya saya sendiri)!
Pertanyaan 2:
Dengan makin dewasanya jemaat (dari sudut pertumbuhan iman) apakah perlu kita membahas dan memperdalam isi Alkitab dengan mengetahui terlebih dahulu siapa dan bagaimana sifat/karakter sang penulis tadi? Kalau memang demikian, apakah ada Alkitab yang setiap tulisan diawali dengan riwayat dan/atau karakter penulis? Dan, (kalau boleh usul) Pemahaman Alkitab diambil dari satu penulis (mis: Matius atau Lukas atau Korintus dst.) untuk periode/waktu tertentu, dan masing-masing peserta dibekali buku yang berjudul tulisan tersebut sebagai tuntunan, bukan bedah bukunya, tapi pada pendalaman Alkitab tadi.2. Isi Injil pada umumnya melihat dari satu sisi/sudut di mana Yesus adalah Anak Allah, yang penuh kuasa. Kalau kita mencoba melihat Yesus dari sisi yang lain, apakah Yesus (yang juga sebagai manusia) pernah ‘gagal’? misal: waktu me-‘rekrut karyawan-karyawan’-Nya (murid-murid-Nya), adakah di antara mereka yang menolak untuk ikut berkarya, dengan alasan yang ‘masuk akal’? Lalu Yesus meninggalkan mereka begitu saja dan cari yang lain, tanpa memperjuangkan dengan gigih ajakan tersebut? Seberapa jauh ‘kegigihan’Yesus itu? (maaf, saya jadi ingat bagian dari tulisan Pdt. Em. Daud A. “Fight Like A Tiger Win Like A Champion”).
Matur nuhun Pak Pendeta.
much love, Nia Gatugapan (NIA tiGA saTU tiGA delaPAN).
Jawab:
Nia G. yang baik,
Saya selalu senang bila ada anak Tuhan yang ingin mendalami isi Alkitab dengan baik. Sejujurnya, kelas pemahaman Alkitab tidaklah terlalu menarik bagi sebagian jemaat. Karena itu saya senang dengan pertanyaan Anda yang mencerminkan rasa ingin tahu Anda tentang isi Alkitab. Pewahyuan Alkitab memang bersifat organis, bukan mekanis. Artinya, peran penulis Alkitab, karakternya dan latar belakang budayanya amat memengaruhi Firman yang tertulis. Itulah sebabnya kita sering berbicara tentang Teks (Firman) dengan kon-Teks (latar belakang Firman).
Sayangnya, tidak semua rasa ingin tahu kita bisa mendapatkan jawaban tuntas. Salah satunya adalah pertanyaan Anda mengenai dua loh batu. Siapa yang membuatnya? Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di puncak Sinai itu. Jika kita mengacu pada Keluaran 24:12, nampaknya loh batu itu berasal dari Tuhan dan Tuhan yang menuliskannya. Jika demikian, kenapa Musa masih harus tinggal 40 hari 40 malam di sana? Kita tidak tahu. Yang saya tahu, angka 40 sering kali dipakai dalam tradisi Israel untuk menyatakan kegenapan, selain angka 7. Jadi bisa saja itu menunjuk suatu waktu yang lama tetapi kita tidak tahu persisnya berapa hari.
Memahami isi Alkitab memang seharusnya didahului dengan pemahaman latar belakang penulis, bukan hanya karakternya, tetapi juga latar belakang budayanya serta pergumulannya waktu itu. Jika Anda tertarik, Anda bisa membaca buku ‘pengantar ke dalam PL dan PB’. Pasti sangat membantu Anda untuk memahami tulisan-tulisan dalam Alkitab. Hanya saja buku semacam ini sangat banyak macamnya. Jadi tanyalah ke pendeta secara langsung, buku pengantar yang mana yang perlu Anda baca. Usul Anda untuk bisa diadakan kelas pemahaman Alkitab yang membahas kitab tertentu dengan latar belakangnya sungguh baik. Saya akan sampaikan usul Anda ke majelis bidang pembinaan umum. Tetapi Anda tetap bisa memulai pemahaman Alkitab Anda dengan membaca buku pengantar tadi.
Apakah Yesus pernah ‘gagal’? Anda melihat sendiri kan, dari 12 murid-Nya, ada Yudas yang mengkhianati Dia. Tetapi ‘kegagalan’ Yesus ini harus juga dilihat dalam terang ‘kehendak bebas’ manusia. Sejak awal penciptaan, Allah memang menciptakan manusia dalam kehendak bebas. Allah ingin manusia mengasihi Allah dengan tulus, bukan dengan keterpaksaan. Dalam kehendak bebas manusia itulah, Yesus berkata: “Lihatlah, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok….” (Wahyu 3:20). Tuhan tidak pernah main paksa. Ketika Yesus mengetok pintu hati manusia dan ada manusia yang tidak membuka pintu hatinya, maka itu bisa dikategorikan sebagai ‘gagal’ tetapi juga tidak gagal.
Karena Yesus tidak pernah memaksakan respons manusia atas panggilan-Nya. Yang jelas Yesus mengajarkan untuk mencari yang hilang sampai kapan pun. Jadi Yesus selalu gigih mencari dan memanggil manusia sampai kesempatan itu hilang karena kematian menjelang.
Saya kira, itu jawaban yang bisa saya berikan, semoga membantu pergumulan Anda untuk makin memahami isi Alkitab.
Pdt. Rudianto Djajakartika
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.