Antara Si Badu & Holy Lance

Antara Si Badu & Holy Lance

Belum ada komentar 17 Views

Ada saatnya berbicara, ada saatnya berdiam. Ada saatnya berpendapat, ada saatnya merenung. Sebelum kita merasa paling pintar, ada baiknya kita mengingat tentang perang salib.

Pada abad ke-10, Kristen pernah menjadi agama yang menyerang duluan, meskipun dikenal tidak menyukai kekerasan. Paus Urban—dalam khotbahnya pada tahun 1095—menginisiasi dan menginspirasi umat untuk menyerang Kerajaan Muslim Arab yang sedang menduduki Yerusalem, tanah yang dijanjikan. Khotbah itu berhasil menggugah hati umat, bahkan pemimpin-pemimpin negara Eropa Barat. Dimulailah perang salib yang pertama. Namun karena pasukan Eropa saat itu belum menguasai wilayah, mereka tersendat-sendat dalam usaha penyerangan Yerusalem. Banyak yang sakit, susah makanan, ingin pulang, bahkan meninggal.

Dalam kelelahan mereka, muncul seorang buruh tani bernama Peter Bartholomew. Ia bermimpi didatangi Rasul Petrus yang mengatakan bahwa tombak yang menikam perut Yesus (holy lance) dapat ditemukan di bawah tanah sebuah gereja di Antiokia. Tombak itu dianggap suci nan sakti. Peter Bartholomew bersama pasukan mulai menggali tanah di gereja itu. Sepanjang hari dan malam mereka menggali, tapi tidak menemukan apa apa. Beberapa orang mulai meragukan Peter dan menyangka bahwa ia hanya berkhayal. Peter yang kelelahan, menangis, merobek jubahnya, turun ke dalam lubang penggalian, dan menggali lebih keras lagi. Sampai akhirnya, ajaib, ia menemukan mata tombak dari logam. Itulah mata tombak yang menusuk Yesus. Semua orang bersorak. Semangat seluruh pasukan terdorong lagi karena mereka punya holy lance. Mereka maju ke Yerusalem, menyerang, dan berhasil merebutnya dari tangan kerajaan Arab.

Keberhasilan pasukan Kristen Eropa merebut Yerusalem dari Kerajaaan Muslim Arab tampak seperti mukjizat. Seakan-akan Tuhan berkehendak. Namun ternyata, dari kacamata sejarah, sebagian besar sejarahwan sepakat bahwa pada saat pasukan Eropa menyerang Yerusalem, Kerajaan Muslim Arab sedang rapuh. Mereka tengah menghadapi konflik internal, yakni perang saudara antara Muslim Sunni dan Muslim Syiah, dan perang antara fraksi Muslim Mesir dengan Muslim Eropa Timur. Kerajaan Arab sedang tidak bersatu, tidak teroganisasi. Tak disangka, bertepatan waktu itu pasukan Eropa Barat malah menyerang. Karena itulah Yerusalem bisa direbut dengan mudah. Pada abad ke-12, ketika Kerajaan Arab mulai stabil, mereka merebut kembali Yerusalem dari tangan Eropa Barat. Dan pada abad ke- 18, Paus Benedict menyatakan bahwa mata tombak yang ditemukan di gereja Antiokia bukanlah mata tombak yang asli.

Semangat Palsu, Kemenangan Kebetulan
Lagi pula dari awal, bukankah sepertinya perang salib tidak klop dengan kehendak Tuhan? Bagaimana kita membenarkan kematian ratusan orang yang tak bersalah? Dan jalan perang tidak menyelesaikan masalah. Tahun berikutnya akan ada balas dendam, dan dibalas lagi, sampai menjadi lingkaran setan. Ketika seseorang ingin melakukan tindakan besar, tapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, lalu secara ajaib berhasil, bisakah ia berkata bahwa tindakannya sesuai dengan kehendak Tuhan? Bagaimana mungkin Tuhan memberikan mukjizat kalau tidak merestuinya? Misalkan, seseorang ingin punya pedang samurai berlapis berlian, lalu berdoa kepada Tuhan dan berusaha. Lalu ia berhasil mendapatkannya. Namun pedang tersebut ternyata digunakan untuk membegal orang tak bersalah. Bukankah masuk akal bila kita berpendapat bahwa kebetulan saja pedang itu berhasil didapatkan, karena tindakan membegal bukan kehendak Tuhan.

Begitu pula dengan holy lance. Mata tombak yang ditemukan Peter itu berhasil menyemangati moral pasukan perang salib. Padahal ternyata tidak asli. Tentu mata tombak itu tidak mengeluarkan kesaktian suci yang membakar semangat pasukan. Pasukan itu saja yang berasumsi demikian. Mereka mendapat semangat dari benda yang sebenarnya palsu. Lagi pula, meski Peter berhasil menemukan mata tombak di bawah tanah, bukan berarti itu pasti pertanda bahwa Tuhan merestui, menyetujui dan memberkati perang salib. Terkadang pikiran kita secara liar mengarang sebuah romantisme tentang kehendak Tuhan melalui benda di sekitar kita. Kopi tumpah dan bekas tumpahannya membentuk wajah mirip Tuhan Yesus yang sedang tersenyum. Lalu kita berpikir bahwa Tuhan di atas sana sedang bangga pada kita. Bagaimana jika sebenarnya bekas tumpahan kopi tidak menandakan apa-apa? Tuhan sedang tidak ingin memberikan kita tanda, hanya kita saja yang ge-er (gede rasa) atau berimajinasi.

Kritis-Pesimis-Pendiam
Badu salah seorang anggota pasukan perang salib. Dia tetap di rumah ketika mendengar Peter Bartholomew mengajak penggalian holy lance, karena ia kritis dan pesimis. Dia tidak peduli pada mata tombak sakti. Paginya, ketika mendengar dari teman-temannya bahwa kemarin Peter berhasil menemukan holy lance, ia tetap tidak percaya. “Paling juga hanya sepotong logam,” pikirnya. Namun, ia tidak berani mengatakannya kepada teman-temannya. Teman-temannya sedang sangat semangat, sehingga kalau ia mengungkapkannya, ia dapat menghancurkan suasana hati mereka. Jadi, ia pura-pura ikut senang. Ketika teman-temannya maju berperang dengan semangat yang membara, ia maju berperang dengan biasa-biasa saja. Ketika kemenangan diraih, ia turut senang dan berpesta bersama pasukan lainnya. Tidak berkata apa apa soal holy lance.

Dalam pikirannya, “Selagi kita menang, tak peduli itu mata tombak asli atau bukan. Buat apa dipermasalahkan?” Selagi keadaan sesuai dengan keinginan kita, buat apa bertanya itu sesuai kehendak Tuhan atau tidak? Padahal, seharusnya kita berdoa dulu kepada Tuhan, apakah keinginan kita sesuai dengan kehendak-Nya. Namun terkadang, keinginan kita sangat mendominasi hati dan pikiran, sehingga kehendak Tuhan terdistraksi oleh geloranya.

Keinginan kita, banyak anggota jemaat yang hadir dalam acara gereja, dan dalam evaluasi, mereka berkata bahwa acaranya bagus, tanpa merenungkan apakah program itu sejalan dengan kehendak Tuhan. Alhasil yang muncul adalah program gereja yang mengandalkan cara kita sendiri: mengundang pendeta yang lucu, acara yang megah, dekor yang indah, dan jika perlu mengundang artis ibukota dan gubernur. Ketika program itu berhasil, karena jemaat yang hadir membludak dan mengatakan bahwa acaranya bagus—seperti semangat palsu dan kemenangan kebetulan— pada saat itu kita memberi label bahwa program itu kehendak Tuhan. Programnya dimasukkan dalam daftar sangat penting dan harus terus dilanjutkan. Di sinilah peran jemaat gereja yang kritis dan pesimis seperti Badu dibutuhkan. Jemaat aktif yang suka merenung dan mengamati semua hal di balik kursi belakang gereja.

Celakanya, jika jemaat jenis ini lebih banyak hanya diam seperti Badu yang berkata, “Ya sudahlah, selagi banyak jemaat yang merasa terberkati, tak apalah. Tidak usah dipermasalahkan.” Namun jemaat gereja yang kritis, pesimis, dan pendiam ini, kadang kadang mau bicara pada orang terdekat yang dipercayainya. Mungkin di komunitas tertentu, di persekutuan yang lebih kecil, atau di kelompok lifegroup, ia akan bicara.

Tugas pengurus adalah menguak masukan dan pandangan dari rekan-rekan kritis, pesimis, dan pendiam ini. Bukan tugas yang mudah untuk mendekati dan akrab dengan jemaat tipe ini, karena kepercayaan dan keakraban butuh waktu. Namun, mungkin bisa dicoba dengan memancing pendapatnya ketika mabuk. Begitulah Badu saat pesta kemenangan menaklukkan Yerusalem. Ia duduk di keliling api unggun bersama anggota pasukan lainnya sambil minum anggur. Tiba tiba ia berucap dengan nada agak teler, “Aku berpikir bahwa holy lance ini sebuah tipu muslihat.” Nah, akhirnya ia mengatakannya. “Yah, bisa jadi seperti itu,” balas temannya. “Karena seharusnya kalau itu memang holy lance, benda itu bisa membuat penggunanya bergerak secepat kilat.” “Oh begitu ya. Ha… ha… ha…” Obrolan mereka sampai di situ saja. Dapat disimpulkan, bahwa sebaiknya orang jangan mabuk, karena informasi yang seharusnya disampaikan dapat terdistraksi oleh alkohol.•

| Samuel Sebastian

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Artikel Lepas
  • Kami Juga Ingin Belajar
    Di zaman ini, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, manusia justru diperhadapkan dengan berbagai macam masalah...
  • KESAHAJAAN
    Dalam sebuah kesempatan perjumpaan saya dengan Pdt. Joas Adiprasetya di sebuah seminar beberapa tahun lalu, ia menyebutkan pernyataan menarik...
  • Tidak Pernah SELESAI
    Dalam kehidupan ini, banyak pekerjaan yang tidak pernah selesai, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai pekerjaan rumit seperti mengurus...
  • Mengenal Orang Farisi
    Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus
    Arti Kata Farisi Kata Farisi—yang sering diterjemahkan sebagai ‘memisahkan/terpisah’— menunjukkan sikap segolongan orang yang memisahkan diri dari pengajaran—bahkan pergaulan—...
  • Mengenal Sosok Herodes
    Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus
    Herodes dalam Injil Banyak orang tidak terlalu menaruh perhatian pada sosok Herodes dalam Injil. Kebanyakan mereka hanya tahu bahwa...